PWI Sulsel Target Juara Umum Porwanas X
Makassar, 23 Desember 2009
Kontingen Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Cabang Sulawesi Selatan (Sulsel) menargetkan juara umum pada Pekan Olahraga Wartawan Nasional (Porwanas) X di Palembang, Sumatera Selatan, 4-10 Februari 2009.
Untuk memenuhi ambisi tersebut, PWI Sulsel akan mengikuti seluruh 12 cabang olahraga yang akan dipertandingkan (bolavoli, catur, tenis meja, sepakbola, tenis, dayung, biliard, bridge, atletik, futsal, bulutangkis, dan bowling).
''Secara keseluruhan, kontingen PWI Sulsel berjumlah 130 orang atlet dan ofisial,'' kata Sekretaris Umum Panitia Porwanas PWI Sulsel, Andi Pasamangi Wawo, kepada pengelola blog PWI Sulsel, Asnawin, di Makassar, Rabu, 23 Desember 2009.
Para atlet yang berasal dari berbagai media massa tersebut telah melakukan persiapan sejak beberapa bulan lalu. Sebagian cabang olahraga menyewa pelatih yang sudah berpengalaman melatih tim profesional.
Sejak dilaksanakan pertama kali pada tahun 1982, PWI Sulsel tercatat sudah dua kali keluar sebagai juara umum, yakni pada Porwanas I Semarang Tahun 1982, dan Porwanas VII di Banjarmasin tahun 2002.
''Kami mendapat support dari Pemprov Sulsel melalui APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) dan ini merupakan amanah,'' ungkap Pasamangi yang juga menjabat Wakil Ketua PWI Sulsel.
12 Cabang Olahraga
Dari website resmi PWI Pusat (www.pwi.or.id), yang dimuat pada Senin, 24 Agustus 2009, dijelaskan bahwa berdasarkan Keputusan Rapet Kerja SIWO PWI di Hotel Jayakarta Daira, Palembang, 13 Agustus 2009, ditetapkan Porwanas X mempertandingkan 12 cabang olahraga.
Ke-12 cabang olahraga tersebut berikut rincian nomor-nomor yang diperlombakan, sebagai berikut:
1. Atletik : 5000 m lintasan ( < 40 thn dan > 40 thn) – 2 atlet – 2 emas
2. Bilyar : Bola 9 (ganda dan perorangan) – 2 atlet - 2
3. Boling : Beregu dan perorangan (3 atlet) – 4 emas
4. Bridge : Pasangan dan Empat kawan – 2 emas
5. Bulutangkis : Beregu ( 3 pasang ganda) – 6 atlet - 1 emas
6. Bola Voli : 10 atlet – 1 emas
7. Catur : Beregu – 3 atlet – 1 emas
8. Dayung : Beregu – 2 atlet – 1 emas
9. Futsal : 7 atlet – 1 emas
10. Sepakbola : 15 atlet – 1 emas
11. Tenis meja : Beregu (3 pasang ganda) – 1 emas
12. Tenis : Beregu (3 pasang ganda) dan perorangan ganda >36 thn – 2 emas
Anugerah Olahraga, Lomba Karya Tulis, dan Foto Olahraga
Selain pertandingan olahraga, PWI Pusat juga akan memberikan Anugerah Olahraga 2009, yang penyelenggaraannya berdekatan dengan HPN, Februari 2010. Untuk itu perlu dibuat format nominasi yang dikirimkan ke SIWO PWI Cabang.
Nominasi penghargaan meliputi :
a. Atlet Terbaik – putra dan putri
b. Pelatih Terbaik
c. Pembina Terbaik
d. Pengabdi olahraga (Life time achievement)
e. Penghargaan Khusus (Sponsorship)
Untuk kriteria dan penilaian pemberian anugerah olahraga, PWI Pusat membentuk tim kecil yang terdiri atas Pengurus SIWO PWI Pusat, SIWO PWI Cabang DKI, SIWO PWI Jabar, dan SIWO PWI Sumsel.
Seminar Olahraga
PWI Pusat juga akan menyelenggarakan seminar olahraga yang melibatkan stakeholder olahraga (Menegpora, Ketua KONI Pusat dan daerah, wartawan senior) dengan tema: ''Menyelaraskan Sistem Pembinaan Olahraga Nasional.''
Hasil seminar akan direkomendasikan kepada Presiden termasuk Dekalarasi Satu Tekad Menegpora dan KONI Pusat.
SIWO Peduli Lingkungan
Para peserta Porwanas juga akan diikutkan kegiatan peduli lingkungan dengan melakukan menebar ikan dan menanam pohon.
Rabu, 23 Desember 2009
PWI Sulsel Mantapkan Atlet Hadapi Porwanas
PWI Sulsel Mantapkan Atlet Hadapi Porwanas
Tuesday, 27 October 2009
Makassar, 27/10 (Antara/FINROLL Sports) - Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sulawesi Selatan (Sulsel) memantapkan persiapan atlet menghadapi pekan olahraga wartawan nasional (Porwanas) IX yang akan berlangsung pada Februari 2010 di Palembang, Sumsel.
Ketua PWI Sulsel H Zulkifly Gani Ottoh, SH di Makassar, Selasa, mengatakan, atlet dari 12 cabang Olahraga yang akan diikuti kontingen Sulsel menjalani latihan intensif sebagai langkah pemantapan sebelum terjun di arena pertandingan.
Selain latihan fisik, seluruh atlet tersebut juga menjalani tes kesehatan untuk mengetahui kemampuan fisik dan stamina atlet yang juga wartawan dari berbagai media.
"Karena panitia Porwanas telah menetapkan kuota atlet setiap cabang olahraga, maka PWI Sulsel melakukan seleksi cukup ketat untuk mendapatkan atlet yang siap fisik dan mental menghadapi pertandingan, "ujar Zulkifly.
Cabang olahraga yang diikuti kontingen Sulsel terdiri atas sepak bola, bulu tangkis, futsal, bola voli, tenis lapangan, tenis meja, catur, bridge, biliar, atletik, boling, dan dayung.
Sementara itu, Ketua SIWO/PWI Sulsel Piet HS mengatakan, kontingen Sulsel membidik medali emas dari cabang tenis meja dan bulutangkis, sementara tim futsal minimal mempertahankan medali perunggu yang diraih pada Porwanas 2007 di Samarinda Kaltim.
Menurut Piet, latihan atlet pada setiap cabang olahraga terus dipacu disamping melakukan pertandingan ujicoba dengan tim cabang olahraga dari berbagai instansi maupun tim setempat.
Bahkan, beberapa cabang olahraga akan melakukan pertandingan ujicoba ke sejumlah kabupaten melawan tim daerah setempat diantaranya ke kabupaten Bantaeng, Sidrap, dan Enrekang.
Tuesday, 27 October 2009
Makassar, 27/10 (Antara/FINROLL Sports) - Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sulawesi Selatan (Sulsel) memantapkan persiapan atlet menghadapi pekan olahraga wartawan nasional (Porwanas) IX yang akan berlangsung pada Februari 2010 di Palembang, Sumsel.
Ketua PWI Sulsel H Zulkifly Gani Ottoh, SH di Makassar, Selasa, mengatakan, atlet dari 12 cabang Olahraga yang akan diikuti kontingen Sulsel menjalani latihan intensif sebagai langkah pemantapan sebelum terjun di arena pertandingan.
Selain latihan fisik, seluruh atlet tersebut juga menjalani tes kesehatan untuk mengetahui kemampuan fisik dan stamina atlet yang juga wartawan dari berbagai media.
"Karena panitia Porwanas telah menetapkan kuota atlet setiap cabang olahraga, maka PWI Sulsel melakukan seleksi cukup ketat untuk mendapatkan atlet yang siap fisik dan mental menghadapi pertandingan, "ujar Zulkifly.
Cabang olahraga yang diikuti kontingen Sulsel terdiri atas sepak bola, bulu tangkis, futsal, bola voli, tenis lapangan, tenis meja, catur, bridge, biliar, atletik, boling, dan dayung.
Sementara itu, Ketua SIWO/PWI Sulsel Piet HS mengatakan, kontingen Sulsel membidik medali emas dari cabang tenis meja dan bulutangkis, sementara tim futsal minimal mempertahankan medali perunggu yang diraih pada Porwanas 2007 di Samarinda Kaltim.
Menurut Piet, latihan atlet pada setiap cabang olahraga terus dipacu disamping melakukan pertandingan ujicoba dengan tim cabang olahraga dari berbagai instansi maupun tim setempat.
Bahkan, beberapa cabang olahraga akan melakukan pertandingan ujicoba ke sejumlah kabupaten melawan tim daerah setempat diantaranya ke kabupaten Bantaeng, Sidrap, dan Enrekang.
Press Club PWI Sulsel Buka Kafe Hotspot
Press Club PWI Sulsel Buka Kafe Hotspot
Press Club PWI Sulsel kini aktif kembali di bawah manajer Rifai Manangkasi. Press Club antara lain diberi kewenangan membuka usaha kantin dan penyewaan ruangan untuk acara-acara seminar, diskusi, dan acara-acara lain dengan kapasitas 150 orang.
Khusus usaha kantin, Press Club PWI Sulsel membuka kafe yang dilengkapi fasilitas internet gratis (hotspot), sejak 14 November 2009.
''Kami memberi fasilitas gratis internet karena sekarang sudah zaman internet. Banyak wartawan dan masyarakat yang kini selalu membawa laptop dan mereka butuh tempat untuk kongkow-kongkow sambil main internet. Kami berupaya memenuhi kebutuhan itu dengan membuka kafe dengan harga makanan dan minuman yang sangat terjangkau,'' tutur Rifai, kepada pengelola blog PWI Sulsel, Asnawin, di Makassar, Rabu, 23 Desember 2009.
Di PWI Sulsel, Rivai yang pendiri dan pemimpin redaksi Majalah Borgol, menjabat Ketua Seksi Pembelaan Wartawan dan juga dipercaya sebagai Ketua Koperasi Wartawan PWI Sulsel.
Pria kelahiran Makassar, 2 Juli 1967 itu juga adalah Direktur CV Prima Ciptadana, perusahaan yang bergerak di bidang pengadaan barang dan jasa. (asnawin)
Press Club PWI Sulsel kini aktif kembali di bawah manajer Rifai Manangkasi. Press Club antara lain diberi kewenangan membuka usaha kantin dan penyewaan ruangan untuk acara-acara seminar, diskusi, dan acara-acara lain dengan kapasitas 150 orang.
Khusus usaha kantin, Press Club PWI Sulsel membuka kafe yang dilengkapi fasilitas internet gratis (hotspot), sejak 14 November 2009.
''Kami memberi fasilitas gratis internet karena sekarang sudah zaman internet. Banyak wartawan dan masyarakat yang kini selalu membawa laptop dan mereka butuh tempat untuk kongkow-kongkow sambil main internet. Kami berupaya memenuhi kebutuhan itu dengan membuka kafe dengan harga makanan dan minuman yang sangat terjangkau,'' tutur Rifai, kepada pengelola blog PWI Sulsel, Asnawin, di Makassar, Rabu, 23 Desember 2009.
Di PWI Sulsel, Rivai yang pendiri dan pemimpin redaksi Majalah Borgol, menjabat Ketua Seksi Pembelaan Wartawan dan juga dipercaya sebagai Ketua Koperasi Wartawan PWI Sulsel.
Pria kelahiran Makassar, 2 Juli 1967 itu juga adalah Direktur CV Prima Ciptadana, perusahaan yang bergerak di bidang pengadaan barang dan jasa. (asnawin)
Ketua PWI Sulsel Ditipu Rp 800 Juta
Ketua PWI Sulsel Ditipu Rp 800 Juta
Senin, 29 Juni 2009
Makassar (ANTARA News) - Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Cabang Sulawesi Selatan (Sulsel) Zulkifli Gani Otto melaporkan salah seorang pengusaha, berinisial Oic, ke Polwiltabes Makassar karena telah ditipu senilai Rp 800 juta.
Zulkifli yang juga Komisaris Harian Fajar Grup saat melapor ke Mapolwiltabes Makassar, Senin, mengatakan, pelaporannya terkait penipuan dan penggelapan yang dilakukan oleh salah seorang pengusaha sukses kepada dirinya.
Dia menjelaskan, awalnya dirinya bersama Bupati Enrekang, H Latinro Latunrung dan Yulius mempunyai tanah di sekitar Jalan Perintis Kemerdekaan kilometer enam yang luasnya sekitar lima hektare.
Tanah dengan luas lima hektare itu kemudian dibeli oleh pengusaha Oic dengan harga Rp5 miliar. Sedangkan tanahnya yang hanya 800 meter persegi itu dibelinya dengan harga Rp800 juta.
"Keinginan untuk membeli tanah saya dan tanah teman yang lainnya itu sudah lama, cuma saat itu saya masih menjabat sebagai Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Makassar sehingga belum sempat mengurusnya karena terlalu sibuk," ujarnya.
Barulah pada 24 Juni 2009, lanjut Zulkifli, dirinya mempunyai waktu luang untuk membahas penjualan tanah tersebut. Dirinya bersama yang lainnya membicarakannya di depan notaris dan menyepakati harga yang ditentukan.
Pengusaha Oic meminta kepada yang lainnya agar sebelum pembayaran dilakukan pengalihan nama dari pemilik sebelumnya ke pemilik yang baru.
"Setelah ada kesepakan harga, Oic kemudian memberikan Rp500 juta sebagai tanda jadi untuk dibagi tiga bersama pemilik tanah yang lainnya. Sedangkan pada 25 Juni, balik nama pemilik sudah dilakukan di Badan Pertahanan Nasional (BPN) atas persetujuan pemilik sebelumnya," ungkapnya.
Setelah 26 Juni, kata Zulkifli yang didampingi notaris Muin Marsidi, dirinya yang diberikan cek tunai senilai Rp800 juta sebagai pembayaran dari tanah tersebut ditolak oleh pihak Bank Niaga karena dianggap ceknya kosong.
Dirinya yang mengetahui jika cek itu kosong, mencoba menghubungi Oic dan berusaha membahasnya secara damai, namun Oic menolak untuk melakukan pertemuan hingga akhirnya melapor ke Mapolwiltabes Makassar.
Kasat Reskrim Polwiltabes Makassar, AKBP Heri Tri Maryadi yang dikonfirmasi mengaku sudah menerima laporan dari mantan ketua KPU Makassar tersebut.
"Kami sudah menerima laporannya dan kini sudah mulai diproses. Pelapor sendiri sudah dimintai keterangannya di penyidik," katanya. (*)
Senin, 29 Juni 2009
Makassar (ANTARA News) - Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Cabang Sulawesi Selatan (Sulsel) Zulkifli Gani Otto melaporkan salah seorang pengusaha, berinisial Oic, ke Polwiltabes Makassar karena telah ditipu senilai Rp 800 juta.
Zulkifli yang juga Komisaris Harian Fajar Grup saat melapor ke Mapolwiltabes Makassar, Senin, mengatakan, pelaporannya terkait penipuan dan penggelapan yang dilakukan oleh salah seorang pengusaha sukses kepada dirinya.
Dia menjelaskan, awalnya dirinya bersama Bupati Enrekang, H Latinro Latunrung dan Yulius mempunyai tanah di sekitar Jalan Perintis Kemerdekaan kilometer enam yang luasnya sekitar lima hektare.
Tanah dengan luas lima hektare itu kemudian dibeli oleh pengusaha Oic dengan harga Rp5 miliar. Sedangkan tanahnya yang hanya 800 meter persegi itu dibelinya dengan harga Rp800 juta.
"Keinginan untuk membeli tanah saya dan tanah teman yang lainnya itu sudah lama, cuma saat itu saya masih menjabat sebagai Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Makassar sehingga belum sempat mengurusnya karena terlalu sibuk," ujarnya.
Barulah pada 24 Juni 2009, lanjut Zulkifli, dirinya mempunyai waktu luang untuk membahas penjualan tanah tersebut. Dirinya bersama yang lainnya membicarakannya di depan notaris dan menyepakati harga yang ditentukan.
Pengusaha Oic meminta kepada yang lainnya agar sebelum pembayaran dilakukan pengalihan nama dari pemilik sebelumnya ke pemilik yang baru.
"Setelah ada kesepakan harga, Oic kemudian memberikan Rp500 juta sebagai tanda jadi untuk dibagi tiga bersama pemilik tanah yang lainnya. Sedangkan pada 25 Juni, balik nama pemilik sudah dilakukan di Badan Pertahanan Nasional (BPN) atas persetujuan pemilik sebelumnya," ungkapnya.
Setelah 26 Juni, kata Zulkifli yang didampingi notaris Muin Marsidi, dirinya yang diberikan cek tunai senilai Rp800 juta sebagai pembayaran dari tanah tersebut ditolak oleh pihak Bank Niaga karena dianggap ceknya kosong.
Dirinya yang mengetahui jika cek itu kosong, mencoba menghubungi Oic dan berusaha membahasnya secara damai, namun Oic menolak untuk melakukan pertemuan hingga akhirnya melapor ke Mapolwiltabes Makassar.
Kasat Reskrim Polwiltabes Makassar, AKBP Heri Tri Maryadi yang dikonfirmasi mengaku sudah menerima laporan dari mantan ketua KPU Makassar tersebut.
"Kami sudah menerima laporannya dan kini sudah mulai diproses. Pelapor sendiri sudah dimintai keterangannya di penyidik," katanya. (*)
Tim Sepak Bola PWI Perbanyak Uji Coba
foto: Mahdar/Fajar
Selasa, 22-12-09 | 22:59 | 52 View
Tim Sepak Bola PWI Perbanyak Uji Coba
MAKASSAR -- Sebulan lebih menjelang keberangkatan ke Pekan Olahraga Wartawan Nasional (Porwanas) X/Februari 2010 di Palembang, tim sepak bola PWI Cabang Sulsel memperbanyak uji coba. Dalam dua bulan terakhir, tim sepak bola sudah melakukan 10 kali uji coba dengan berbagai klub dan instansi.
Tim yang dilatih Victor "Kiki" Turangan tersebut bertanding melawan tim dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) Universitas Negeri Makassar (UNM) di Stadion Mini FIK Bantabantaeng, Senin, 21 Desember. Pertandingan tersebut berakhir dengan skor 1-1.
Kiki mengatakan, dia sengaja memperbanyak uji coba untuk mengukur kemampuan timnya selama persiapan sejak Juni lalu. Lawan yang diajak menjadi sparring partner merupakan tim-tim sekelas atau lebih kuat.
"Masih ada beberapa kelemahan yang perlu segera dibenahi sebelum berangkat, terutama stamina dan kerja sama tim," kata Kiki. Sebelumnya, beberapa tim sempat dijajal PWI. Di antaranya PS Pos Indonesia (Posindo), All Star PSM, PS Japfa, NV Hadji Kalla, PS Koopsau, PS Telkom, dan PS Jamsostek. "Kami butuh uji coba beberapa kali lagi sebelum bertarung di Porwanas," sebut mantan pemain klub Galatama, Warna Agung, itu. (mdr)
Umum-PWI Sulsel Persiapkan Diri Hadapi Porwanas
Umum-PWI Sulsel Persiapkan Diri Hadapi Porwanas
Kamis, 12 Maret 2009 19:30
Makassar (ANTARA News) - PWI cabang Sulawesi Selatan (Sulsel) mulai mempersiapkan diri menghadapi Pekan Olahraga Wartawan Nasional (Porwanas) X yang akan berlangsung pada 2010.
"Untuk menghadapi kegiatan olahraga wartawan itu kita harus mulai dari sekarang dengan melakukan seleksi atlet sepuluh cabang olahraga yang akan dipertandingkan, "kata Ketua SIWO/PWI Sulsel Piet Heriadi di Makassar, Kamis.
Piet mengatakan, kontingen PWI Sulsel kembali mengincar posisi terhormat pada Porwanas 2010 minimal menempati peringkat runner-up setelah dua Porwanas lalu berada diperingkat bawah.
"Kita ingin kembali menempati posisi terhormat seperti pada Porwanas sebelumnya dua kali menempati posisi juara umum yakni pada Porwanas I 1983 di Semarang dan 2004 di Banjarmasin dengan memboyong piala bergilir Presiden, "ujar Piet tanpa menyebut tempat pelaksanaan Porwanas 2010.
Meraih peringkat terhormat memang tidak mudah, perlu perjuangan keras mengingat ketatnya persaingan, namun jika mempersiapkan diri dengan baik, maka tidak mustahil impian itu menjadi kenyataan, tandasnya.
Sepuluh cabang olahraga yang akan dipertandingkan pada Porwanas X 2010 adalah atletik, sepakbola, futsal, catur, bolavoli, boling, tenis lapangan, tenis meja, bridge, dan bulutangkis.
Tradisi medali emas dari bulutangkis akan tetap dipertahanKan kontingen PWI Sulsel pada Porwanas tahun depan, disamping cabang olahraga lainnya yang juga berpeluang merebut medali.
Seleksi atlet Sulsel yang dipersiapkan menghadapi Porwanas 2010 akan digelar melalui pertandingan antara media massa setempat dalam rangka memeriahkan HUT PWI dan Hari Pers Naisonal (HPN) 2009, ujar Piet.
(T.S016/A020)
Kamis, 12 Maret 2009 19:30
Makassar (ANTARA News) - PWI cabang Sulawesi Selatan (Sulsel) mulai mempersiapkan diri menghadapi Pekan Olahraga Wartawan Nasional (Porwanas) X yang akan berlangsung pada 2010.
"Untuk menghadapi kegiatan olahraga wartawan itu kita harus mulai dari sekarang dengan melakukan seleksi atlet sepuluh cabang olahraga yang akan dipertandingkan, "kata Ketua SIWO/PWI Sulsel Piet Heriadi di Makassar, Kamis.
Piet mengatakan, kontingen PWI Sulsel kembali mengincar posisi terhormat pada Porwanas 2010 minimal menempati peringkat runner-up setelah dua Porwanas lalu berada diperingkat bawah.
"Kita ingin kembali menempati posisi terhormat seperti pada Porwanas sebelumnya dua kali menempati posisi juara umum yakni pada Porwanas I 1983 di Semarang dan 2004 di Banjarmasin dengan memboyong piala bergilir Presiden, "ujar Piet tanpa menyebut tempat pelaksanaan Porwanas 2010.
Meraih peringkat terhormat memang tidak mudah, perlu perjuangan keras mengingat ketatnya persaingan, namun jika mempersiapkan diri dengan baik, maka tidak mustahil impian itu menjadi kenyataan, tandasnya.
Sepuluh cabang olahraga yang akan dipertandingkan pada Porwanas X 2010 adalah atletik, sepakbola, futsal, catur, bolavoli, boling, tenis lapangan, tenis meja, bridge, dan bulutangkis.
Tradisi medali emas dari bulutangkis akan tetap dipertahanKan kontingen PWI Sulsel pada Porwanas tahun depan, disamping cabang olahraga lainnya yang juga berpeluang merebut medali.
Seleksi atlet Sulsel yang dipersiapkan menghadapi Porwanas 2010 akan digelar melalui pertandingan antara media massa setempat dalam rangka memeriahkan HUT PWI dan Hari Pers Naisonal (HPN) 2009, ujar Piet.
(T.S016/A020)
Selasa, 22 Desember 2009
Wartawan Pedoman Rakyat Meninggal Dunia
Wartawan Pedoman Rakyat Meninggal Dunia
Bertambah lagi seorang wartawan harian Pedoman Rakyat, Makassar, meninggal dunia. Rekan kami yang meninggal tersebut adalah Indarto (45). Bujangan asal Pacitan, Jawa Timur, tersebut meninggal dunia diduga karena serangan jantung pada hari Minggu, 10 Mei 2009, di Kompleks Perumahan Maizonet, Makassar.
Puluhan wartawan dan karyawan harian Pedoman Rakyat berkumpul di rumah duka yang juga merupakan kantor Majalah Profiles, mulai dari wartawan angkatan terbaru sampai wartawan senior.
Mereka antara lain HM Dahlan Abubakar, Yasmin Tendan, Syafruddin Tang, HL Arumahi, M Arief Djasar, James Wehantouw, Norma Djidding, Insan Ikhlas Jalil, Asdar Muis RMS, Mahyudin, Asnawin, Arafah, Yahya Mustafa, Mustam Arief, Rusdi Embas, Elvianus Kawengian, Sultan Darampa, dan Rusli Kadir.
Para wartawan dan karyawan, serta sejumlah kerabat, semula hendak memakamkan almarhum di Taman Pemakaman Umum Islam Sudiang atau di Pemakaman Wartawan Sudiang, namun atas permintaan keluarga, maka almarhum akhirnya dibawa ke Lamasi, Palopo.
Dalam tiga tahun terakhir, sudah lima wartawan dan karyawan harian Pedoman Rakyat yang meninggal dunia. Mereka adalah Hasanuddin alias Hanter (Hasanuddin asal Ternate) yang meninggal di kampung halamannya Ternate, Arthur Kuse (wartawan), Usman Sanaki (karyawan), Abdul Latief Sikki (karyawan), serta Indarto.
Indarto masuk di harian Pedoman Rakyat pada 1992 dan terangkat menjadi wartawan penuh (definitif) pada bulan Mei 1993. Ia terangkat bersama enam wartawan lainnya yakni Rusdi Embas SE (sekarang Sekretaris Redaksi Harian “TRIBUN TIMUR”), Drs Moh Yahya Mustafa (sekarang menjadi dosen dan penulis buku), Elvianus Kawengian (sekarang Redaktur Pelaksana “KORAN PEDOMAN”).
Drs Asnawin (sekarang Pemred Tabloid Pendidikan “CERDAS”, Redpel “KORAN PWI”, Humas Kopertis Wilayah IX Sulawesi, dan dosen mata kuliah jurnalistik), Ely Sambominanga SH (terakhir menjadi anggota Komisi Pemilihan Umum Daerah Kabupaten Mamasa), serta Drs Mustam Arief (wartawan majalah “PROFILES”, aktivis LSM, dan sering menulis artikel di media massa).
Almarhum Indarto saat meninggal dunia masih menjabat Pemimpin Redaksi Majalah “PROFILES” (media aktualisasi dan prmosi), Makassar. Ketika menjadi wartawan harian Pedoman Rakyat, Indarto pernah menjadi wartawan kriminal, hukum, hiburan, dan olahraga.
Dalam pergaulan sehari-hari, Indarto tergolong orang yang jarang bicara. Almarhum sebenarnya senang bergaul dan juga kerap membuat humor, tetapi dia lebih sering mendengar dan atau tersenyum ketimbang bicara.
Hingga akhir hayatnya, almarhum tetap membujang. Alasannya, dia tidak ingin menyusahkan anak orang lain.
“Bagaimana mau menikah, kalau kondisi keuangan seperti ini,” ujarnya dalam beberapa kesempatan.
Ya, itulah almarhum Indarto, satu-satunya wartawan harian Pedoman Rakyat yang dipanggil ''mas" karena memang hanya dia yang berasal dari Jawa (Pacitan, Jawa Timur). Dia tidak ingin membuat susah orang lain, sehingga hampir tidak pernah ia bermasalah dengan orang lain.
Selamat jalan kawan. Semoga arwahmu diterima dengan baik di sisi-Nya dan semoga engkau tenang di alam sana. Aamiinn……
Makassar, 10 Mei 2009
Asnawin
Bertambah lagi seorang wartawan harian Pedoman Rakyat, Makassar, meninggal dunia. Rekan kami yang meninggal tersebut adalah Indarto (45). Bujangan asal Pacitan, Jawa Timur, tersebut meninggal dunia diduga karena serangan jantung pada hari Minggu, 10 Mei 2009, di Kompleks Perumahan Maizonet, Makassar.
Puluhan wartawan dan karyawan harian Pedoman Rakyat berkumpul di rumah duka yang juga merupakan kantor Majalah Profiles, mulai dari wartawan angkatan terbaru sampai wartawan senior.
Mereka antara lain HM Dahlan Abubakar, Yasmin Tendan, Syafruddin Tang, HL Arumahi, M Arief Djasar, James Wehantouw, Norma Djidding, Insan Ikhlas Jalil, Asdar Muis RMS, Mahyudin, Asnawin, Arafah, Yahya Mustafa, Mustam Arief, Rusdi Embas, Elvianus Kawengian, Sultan Darampa, dan Rusli Kadir.
Para wartawan dan karyawan, serta sejumlah kerabat, semula hendak memakamkan almarhum di Taman Pemakaman Umum Islam Sudiang atau di Pemakaman Wartawan Sudiang, namun atas permintaan keluarga, maka almarhum akhirnya dibawa ke Lamasi, Palopo.
Dalam tiga tahun terakhir, sudah lima wartawan dan karyawan harian Pedoman Rakyat yang meninggal dunia. Mereka adalah Hasanuddin alias Hanter (Hasanuddin asal Ternate) yang meninggal di kampung halamannya Ternate, Arthur Kuse (wartawan), Usman Sanaki (karyawan), Abdul Latief Sikki (karyawan), serta Indarto.
Indarto masuk di harian Pedoman Rakyat pada 1992 dan terangkat menjadi wartawan penuh (definitif) pada bulan Mei 1993. Ia terangkat bersama enam wartawan lainnya yakni Rusdi Embas SE (sekarang Sekretaris Redaksi Harian “TRIBUN TIMUR”), Drs Moh Yahya Mustafa (sekarang menjadi dosen dan penulis buku), Elvianus Kawengian (sekarang Redaktur Pelaksana “KORAN PEDOMAN”).
Drs Asnawin (sekarang Pemred Tabloid Pendidikan “CERDAS”, Redpel “KORAN PWI”, Humas Kopertis Wilayah IX Sulawesi, dan dosen mata kuliah jurnalistik), Ely Sambominanga SH (terakhir menjadi anggota Komisi Pemilihan Umum Daerah Kabupaten Mamasa), serta Drs Mustam Arief (wartawan majalah “PROFILES”, aktivis LSM, dan sering menulis artikel di media massa).
Almarhum Indarto saat meninggal dunia masih menjabat Pemimpin Redaksi Majalah “PROFILES” (media aktualisasi dan prmosi), Makassar. Ketika menjadi wartawan harian Pedoman Rakyat, Indarto pernah menjadi wartawan kriminal, hukum, hiburan, dan olahraga.
Dalam pergaulan sehari-hari, Indarto tergolong orang yang jarang bicara. Almarhum sebenarnya senang bergaul dan juga kerap membuat humor, tetapi dia lebih sering mendengar dan atau tersenyum ketimbang bicara.
Hingga akhir hayatnya, almarhum tetap membujang. Alasannya, dia tidak ingin menyusahkan anak orang lain.
“Bagaimana mau menikah, kalau kondisi keuangan seperti ini,” ujarnya dalam beberapa kesempatan.
Ya, itulah almarhum Indarto, satu-satunya wartawan harian Pedoman Rakyat yang dipanggil ''mas" karena memang hanya dia yang berasal dari Jawa (Pacitan, Jawa Timur). Dia tidak ingin membuat susah orang lain, sehingga hampir tidak pernah ia bermasalah dengan orang lain.
Selamat jalan kawan. Semoga arwahmu diterima dengan baik di sisi-Nya dan semoga engkau tenang di alam sana. Aamiinn……
Makassar, 10 Mei 2009
Asnawin
PWI Sulsel-Pemkab Enrekang Adakan Lomba Karya Tulis
PWI Sulsel-Pemkab Enrekang Adakan Lomba Karya Tulis
Kamis, 15 Oktober 2009
Enrekang (ANTARA News) - PWI Sulawesi Selatan (Sulsel) bekerjasama dengan pemerintah Kabupaten Enrekang mengadakan lomba karya tulis jurnalistik dalam rangka menyambut HUT Kabupaten Enrekang 2009 yang diikuti wartawan dari berbagai media di Sulawesi Selatan (Sulsel).
Lomba karya tulis jurnalistik diawali dengan pemaparan potensi daerah oleh Bupati Enrekang Ir. H. Latinro Latunrung didampingi seluruh pejabat Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) setempat kepada peserta lomba sebanyak 67 orang wartawan di Enrekang, Kamis (15/10).
Rombongan peserta lomba jurnalistik menuju Kabupaten Enrekang dipimpin oleh Ketua PWI Sulsel H Zulkifly Gani Ottoh SH dan sejumlah pengurus PWI setempat.
Bupati Latinro berharap, peserta lomba karya jurnalistik dari PWI Sulsel menulis tentang potensi unggulan Kabupaten Enrekang yang kini giat melaksanakan pembangunan di berbagai sektor, sebagai kiat untuk memacu pertumbuhan ekonomi daerah guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Enrekang, ujar Latinro, memiliki beragam potensi yang terus dikembangkan agar daerah ini bisa berkembang dan maju sejajar dengan daerah lainnya.
"Kami memiliki banyak potensi unggulan yang belum digarap optimal, sehingga dengan lomba karya tulis jusnalistik yang digelar Pemkab Enrekang bersama PWI Sulsel, potensi yang cukup besar itu bisa dilirik investor baik nasional maupun mancanegara," ujar Latinro, didampingi Ketua PWI Sulsel, Zulkifly.
Potensi yang dimiliki Enrekang antara lain pada sektor pariwisata, industri, agrobisnis, tambang minyak, serta sumber energi listrik dari proyek pembangkit tenaga air (PLTA).
Sementara itu, Ketua PWI Sulsel, Zulkifly, mengatakan, lomba karya tulis tersebut dimaksudkan untuk merangsang minat wartawan dalam mengangkat potensi unggulan Enrekang.
Pemenang lomba karya tulis jurnalistik akan menerima hadiah yang disediakan Pemkab Enrekang, dan akan diserahkan pada peringkatan HUT daerah ini pada 25 November 2009.
Kamis, 15 Oktober 2009
Enrekang (ANTARA News) - PWI Sulawesi Selatan (Sulsel) bekerjasama dengan pemerintah Kabupaten Enrekang mengadakan lomba karya tulis jurnalistik dalam rangka menyambut HUT Kabupaten Enrekang 2009 yang diikuti wartawan dari berbagai media di Sulawesi Selatan (Sulsel).
Lomba karya tulis jurnalistik diawali dengan pemaparan potensi daerah oleh Bupati Enrekang Ir. H. Latinro Latunrung didampingi seluruh pejabat Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) setempat kepada peserta lomba sebanyak 67 orang wartawan di Enrekang, Kamis (15/10).
Rombongan peserta lomba jurnalistik menuju Kabupaten Enrekang dipimpin oleh Ketua PWI Sulsel H Zulkifly Gani Ottoh SH dan sejumlah pengurus PWI setempat.
Bupati Latinro berharap, peserta lomba karya jurnalistik dari PWI Sulsel menulis tentang potensi unggulan Kabupaten Enrekang yang kini giat melaksanakan pembangunan di berbagai sektor, sebagai kiat untuk memacu pertumbuhan ekonomi daerah guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Enrekang, ujar Latinro, memiliki beragam potensi yang terus dikembangkan agar daerah ini bisa berkembang dan maju sejajar dengan daerah lainnya.
"Kami memiliki banyak potensi unggulan yang belum digarap optimal, sehingga dengan lomba karya tulis jusnalistik yang digelar Pemkab Enrekang bersama PWI Sulsel, potensi yang cukup besar itu bisa dilirik investor baik nasional maupun mancanegara," ujar Latinro, didampingi Ketua PWI Sulsel, Zulkifly.
Potensi yang dimiliki Enrekang antara lain pada sektor pariwisata, industri, agrobisnis, tambang minyak, serta sumber energi listrik dari proyek pembangkit tenaga air (PLTA).
Sementara itu, Ketua PWI Sulsel, Zulkifly, mengatakan, lomba karya tulis tersebut dimaksudkan untuk merangsang minat wartawan dalam mengangkat potensi unggulan Enrekang.
Pemenang lomba karya tulis jurnalistik akan menerima hadiah yang disediakan Pemkab Enrekang, dan akan diserahkan pada peringkatan HUT daerah ini pada 25 November 2009.
Wartawan Foto Senior Meninggal Dunia
Wartawan Foto Senior Meninggal Dunia
Oleh: Asnawin
(Mantan Wartawan Pedoman Rakyat)
Wartawan foto senior Boet Philipe Manuel Rompas atau lebih dikenal dengan nama Buce Rompas, meninggal dunia di Makassar, Rabu, 4 November 2009, dalam usia 77 tahun.
Buce Rompas adalah mantan Kepala Cabang Indonesia Press Photo Service (IPPHOS) di Makassar untuk Indonesia Timur dan mantan redaktur foto surat kabar harian Pedoman Rakyat (terbit di Makassar sejak 1 Maret 1947). Almarhum yang telah menjadi anggota Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) sejak 1959, juga tetap setia dan aktif di PWI Cabang Sulawesi Selatan hingga akhir hayatnya.
Buce Rompas yang namanya sering disingkat B.Ph.M.Rompas, meniti karier wartawan pada tahun 1955 di majalah IPPHOS Report, Jakarta. Empat tahun kemudian, ia dipindahkan ke Makassar. Tahun 1963, Buce berhenti di IPPHOS, lalu menjadi wartawan freelance (wartawan lepas).
Tak lama setelah keluar dari IPPHOS dan masih di tahun 1963, Buce tercatat sebagai anggota redaksi majalah Hasanuddin yang diterbitkan Dinas Penerangan Kodam XIV Sulselra. Melalui majalah itu, Buce Rompas pun kian dekat dengan kalangan pemerintah dan militer.
Dua tahun sebelum keluar dari IPPHOS, atau tepatnya tahun 1960, Buce memang sudah membantu harian Pedoman Rakyat, karena dia cukup dekat dengan pemimpin umum harian Pedoman Rakyat, L E Manuhua. Buce baru resmi menjadi wartawan harian Pedoman Rakyat pada tahun 1975.
M. Jusuf dan Kahar Muzakkar
Sebagai wartawan foto senior dan maĆz kurang saingan ketika itu, Buce Rompas cukup beruntung, karena dapat meliput berbagai peristiwa yang cukup monumental di Sulawesi Selatan.
Buce misalnya meliput peristiwa DI/TII, Republik Maluku Selatan, serta mengabadikan peristiwa penyerahan tokoh Permesta Mayor Dee Gerungan di sebuah lereng pedalaman di Sulawesi.
Dia juga menjadi satu-satunya wartawan yang ikut pertemuan antara pemimpin DI/TII, Kahar Muzakkar dengan almarhum Jenderal M Jusuf yang kala itu menjabat Panglima Kodam XIV berpangkat Kolonel. Pertemuan itu dilaksanakan di Bonepute, Luwu, yang kemudian dikenal sebagai Perjanjian Bonepute.
Jusuf berencana mengabadikan pertemuan itu, meski sebelumnya ada kesepakatan tak mengikutkan wartawan. Maka Buce Rompas pun disusupkan dengan cara memakaikan seragam tentara lengkap, tetapi di dalam tasnya ada tape recorder besar dan tustel yang di belakangnya terdapat tulisan IPPHOS.
Sayangnya, hasil jepretannya ketika itu kurang bagus karena ia terlalu khawatir ketahuan, padahal ketika Kahar Muzakkar mengetahui bahwa Buce Rompas adalah seorang wartawan karena ada tulisan IPPHOS di belakang kameranya, ternyata Kahar Muzakkar tidak marah.
Kahar Muzakkar malah menanyakan kabar Frans Mendur dan Buce Rompas pun menjawab bahwa Frans Mendur (pemimpin umum IPPHOS) ada di Jakarta dan baik-baik saja.
Frans Mendur adalah salah seorang wartawan yang mengabadikan pengibaran Merah-Putih pada proklamasi kemerdekaan RI, 17 Agustus 1945, di Jakarta. Frans Mendur berkenalan dengan Kahar Muzakkar di Yogyakarta pada masa revolusi.
Merobek Foto
Secara pribadi, penulis mengenal almarhum pada tahun 1992 ketika mendaftar sebagai calon wartawan harian Pedoman Rakyat. Pembawaannya tenang dan murah senyum.
Penulis diterima sebagai wartawan tulis, tetapi punya minat besar juga menggeluti jurnalistik foto. Maka penulis pun membeli sebuah kamera murahan. Buce Rompas pun sering mengajari cara mengambil gambar yang bagus dan memilih momen yang tepat untuk mengambil gambar.
Tak hanya itu, almarhum juga mengajarkan teknik memilih foto yang baik untuk dimuat di koran, serta cara menampatkan foto di halaman koran. Waktu itu, Pedoman Rakyat masih menggunakan teknologi lama, yakni berita dan foto diprint lalu ditempel sebelum dicetak.
Salah satu pengalaman yang sulit terlupakan yaitu ketika suatu hari beberapa foto yang penulis anggap bagus untuk dimuat, ternyata langsung disobek dan dibuang di tong sampah oleh almarhum Buce Rompas.
Tentu saja penulis marah dan sakit hati. Sudah lelah setelah seharian meliput dan mencuci foto (waktu itu harian Pedoman Rakyat belum memiliki tustel digital), malah hasil jepretan langsung disobek.
Belakangan barulah terasa bahwa Buce Rompas sebenarnya ingin mendidik dan memberi motivasi. Hasilnya, penulis kemudian menjadi fotografer yang cukup dikenal di kalangan wartawan bahkan menjadi instruktur foto jurnalistik PWI Cabang Sulawesi Selatan, setelah mengikuti Penataran Foto Jurnalistik tingkat nasional di Makassar pada tahun 1997.
Pengalaman lain bersama almarhum yaitu ketika harian Pedoman Rakyat merayakan ulang tahunnya belasan tahun silam. Salah satu kegiatan yang diadakan yaitu Lomba Foto Jurnalistik. Hasilnya tidak ada juara satu. Yang ada hanya juara II dan III.
’’Tidak ada foto yang layak untuk jadi juara I,’’ kata Buce Rompas ketika itu.
Suami dari Lily Elisabeth (pensiunan Guru Besar Bahasa Inggris Universitas Negeri Makassar) itu sering mengingatkan bahwa wartawan foto juga harus mampu menulis berita, karena mereka tidak layak disebut sebagai wartawan kalau tak mampu menulis berita.
Selamat Jalan
Kini Buce Rompas telah tiada. Sebagai murid, sebagai wartawan, dan sebagai pengurus PWI Cabang Sulawesi Selatan, penulis hanya bisa mengucapkan selamat jalan kepada almarhum Buce Rompas. Semoga Tuhan mengampuni dosa-dosanya dan memberinya tempat yang layak di sisi-Nya. Amin.
Makassar, 5 November 2009
Sumber data & informasi :
- Pergaulan selama belasan tahun bersama almarhum Buce Rompas di Pedoman Rakyat
- Harian Fajar Makassar, 14 September 2008
- Kredit foto Harian Fajar
Keterangan: artikel ini diambil dari blog Pedoman Rakyat (pedomanrakyat.blogspot.com) pada 23 Desember 2009.
Sabtu, 25 Juli 2009
Mantan Pimpinan Perusahaan Pedoman Rakyat Meninggal Dunia
Mantan Pimpinan Perusahaan Pedoman Rakyat Meninggal Dunia
Mantan Pimpinan Perusahaan Harian Pedoman Rakyat, Lamberth Frederik Sahertian (L. F. Sahertian) meninggal dunia di Rumah Sakit Labuang Baji, Makassar, Sabtu, 25 Juli 2009. Almarhum meninggalkan seorang isteri, Anna Sahertian (70), lima anak, serta sejumlah cucu dan cicit.
"Bapak sakit mulai bulan Maret (2009) dan pernah diopname kurang lebih 20 hari di rumah sakit. Sakitnya seperti ada kelainan darah dan juga kurang darah," jelas Anna, kepada Asnawin (pengelola blog ini) di rumah duka Jl. Tamalate 1/Tidung 4, Makassar, Minggu, 26 Juli 2009.
Lamberth dan Anna menikah pada tahun 1976. Dari pernikahan itu, mereka dkaruniai dua anak. Dari perkawinan sebelumnya, almarhum memiliki tiga anak.
Lamberth menjadi karyawan Harian Pedoman Rakyat pada tahun 1979. Sebelumnya, almarhum pernah bekerja sebagai karyawan Harian Tegas.
Di masa mudanya, Lamberth adalah salah seorang atlet andalan Sulsel di cabang olahraga judo.
"Bapak beberapa kali mewakili Sulsel di PON dan di berbagai kejuaraan nasional," jelas Anna.
Abdul Malik, mantan Pimpinan Perusahaan Harian Pedoman Rakyat, mengatakan, selama bekerja di Pedoman Rakyat, almarhum telah menduduki beberapa jabatan, mulai dari tata usaha, keuangan, hingga pimpinan perusahaan.
Mantan Pimpinan Perusahaan Harian Pedoman Rakyat, Lamberth Frederik Sahertian (L. F. Sahertian) meninggal dunia di Rumah Sakit Labuang Baji, Makassar, Sabtu, 25 Juli 2009. Almarhum meninggalkan seorang isteri, Anna Sahertian (70), lima anak, serta sejumlah cucu dan cicit.
"Bapak sakit mulai bulan Maret (2009) dan pernah diopname kurang lebih 20 hari di rumah sakit. Sakitnya seperti ada kelainan darah dan juga kurang darah," jelas Anna, kepada Asnawin (pengelola blog ini) di rumah duka Jl. Tamalate 1/Tidung 4, Makassar, Minggu, 26 Juli 2009.
Lamberth dan Anna menikah pada tahun 1976. Dari pernikahan itu, mereka dkaruniai dua anak. Dari perkawinan sebelumnya, almarhum memiliki tiga anak.
Lamberth menjadi karyawan Harian Pedoman Rakyat pada tahun 1979. Sebelumnya, almarhum pernah bekerja sebagai karyawan Harian Tegas.
Di masa mudanya, Lamberth adalah salah seorang atlet andalan Sulsel di cabang olahraga judo.
"Bapak beberapa kali mewakili Sulsel di PON dan di berbagai kejuaraan nasional," jelas Anna.
Abdul Malik, mantan Pimpinan Perusahaan Harian Pedoman Rakyat, mengatakan, selama bekerja di Pedoman Rakyat, almarhum telah menduduki beberapa jabatan, mulai dari tata usaha, keuangan, hingga pimpinan perusahaan.
Langganan:
Postingan (Atom)