GEDUNG PWI. Raja bermimpi melihat Gedung PWI dipindahkan oleh seseorang. Berdasarkan mimpi itu, ia pun mengadakan sayembara. Raja mengatakan akan memberikan uang logam emas sebanyak satu karung, kalau ada yang bisa memikul Gedung PWI ke samping Istana Kerajaan. Tentu saja tidak ada seorang pun yang mengaku sanggup memikulnya, tetapi Abunawas menyatakan kesanggupannya. (Foto: Asnawin Aminuddin)
-------------
ANEKDOT:
Abunawas dan Gedung PWI
Abunawas merasa kasihan kepada isteri dan anak-anaknya, karena mereka butuh uang dan Abunawas sama sekali tidak punya uang. Kebetulan hari itu hari Jumat. Meskipun tidak punya uang, Abunawas tetap tenang.
Kepada isteri dan anak-anaknya, Abunawas meminta agar mereka tenang, sabar, dan berdoa, agar hari itu mereka mendapat rezeki. Setelah berdoa bersama, Abunawas pun melangkahkan kaki ke masjid untuk shalat Jumat.
Abunawas memilih shalat Jumat di Masjid Wartawan PWI yang cukup megah dan berada di samping Gedung PWI. Cukup banyak jamaah yang hadir. Jumlahnya sekitar tiga ratus orang.
Ketika waktu sudah menunjukkan pukulo 12.00, tiba-tiba seseorang berdiri di mimbar. Melihat orang tersebut, semua orang kaget, karena ternyata ia adalah Raja Harun Al-Rasyid.
Setelah memberi salam, raja meminta agar setelah shalat Jumat, tidak ada jamaah yang pulang, karena ada pengumuman yang akan ia sampaikan. Mendengar penyampaian itu, semua jamaah jadi heran, saling bertanya, dan penasaran menunggu pengumuman apa gerangan yang akan disampaikan oleh raja.
Sesuai janjinya, raja kemudian mengumumkan bahwa dirinya bermimpi melihat Gedung PWI dipindahkan oleh seseorang. Berdasarkan mimpi itu, ia pun mengadakan sayembara.
"Saya akan memberikan uang logam emas sebanyak satu karung, kalau ada di antara jamaah yang bisa memikul Gedung PWI ke samping Istana Kerajaan," kata Raja Harun Al-Rasyid.
Mendengar sayembara itu, semua jamaah heran dan menganggap raja sudah gila, karena tidak mungkin Gedung PWI bisa dipindahkan.
"Saya ulang sekali lagi, saya akan memberikan uang logam emas sebanyak satu karung, kalau ada di antara jamaah yang bisa memikul Gedung PWI ke samping Istana Kerajaan," tandasnya.
Raja kemudian menanyai jamaah satu per satu, tetapi tidak ada satu pun yang mengaku sanggup. Semua menggeleng dan memohon ampun kepada raja.
Raja kemudian melihat ke arah Abunawas dan kemudian mengajukan pertanyaan yang sama.
"Ampun Yang Mulia Raja. Kalau raja yang meminta, saya akan pikul Gedung PWI ke samping Istana Kerajaan," ujar Abunawas.
Semua orang kaget dan menganggap Abunawas sudah gila, tetapi raja justru tersenyum mendenga kesanggupan Abunawas.
"Tetapi ingat Abunawas. Kalau kamu tak sanggup, maka kamu akan saya pancung," kata raja.
"Ampun Yang Mulia Raja. Kalau itu titah raja, saya siap dipancung, tetapi mohon ampun Yang Mulia Raja, ada satu syarat yang saya minta," kata Abunawas.
"Apa itu? Cepat katakan!" tanya raja.
"Saya minta tidak ada seorang pun jamaah yang boleh pulang dan raja harus menyediakan makan siang saat ini juga," kata Abunawas.
"Baik kalau itu permintaanmu," kata raja kemudian memerintahkan juru masak kerajaan untuk menyiapkan makan siang bagi seluruh jamaah yang berjumlah sekitar tiga ratus orang.
Saat menunggu makanan, semua orang berbisik-bisik dan menganggap Abunawas sudah gila. Mereka pun kasihan kepada Abunawas, karena sebentar lagi raja pasti akan memancungnya.
Ketika makanan sudah siap, semua jamaah pun dipersilakan makan. Mereka makan dengan lahap, karena menu yang disajikan juga sangat istimewa.
Setelah semua orang sudah makan, raja memanggil Abunawas dan kemudian menagih janjinya memikul Gedung PWI ke samping Istana Kerajaan.
Abunawas kemudian maju ke depan Gedung PWI dengan menyingsingkan lengan baju gamisnya, dan juga menggulung celana panjangnya setinggi lutut.
"Sekarang saya minta kepada semua jamaah untuk mengangkat Gedung PWI ke atas pundak saya, nanti saya yang memikulnya sendirian ke samping Istana Kerajaan," kata Abunawas.
Mendengar permintaan itu, tak ada seorang pun yang bergerak. Mereka semua menggeleng dan mengatakan tidak mungkin Gedung PWI yang cukup besar dan berlantai dua itu diangkat ke pundak Abunawas.
"Sekali lagi saya minta kepada semua jamaah untuk mengangkat Gedung PWI ke pundak saya. Bukankah kita semua sudah kuat, karena sudah makan makanan yang lezat sampai kenyang," kata Abunawas.
Meskipun sudah mengulang permintaannya, tetap tak ada seorang pun bergerak, karena mereka beranggapan tidak mungkin Gedung PWI diangkat ke atas pundak Abunawas.
"Ampun Yang Mulia Raja. Bukan salah saya kalau Gedung PWI tidak jadi dipindahkan ke samping Istana Kerajaan. Saya sudah mau memikulnya, tetapi jamaah yang jumlahnya sekitar tiga ratus orang ini, tidak mau membantu saya," katanya.
Raja Harun Al-Rasyid tak mampu menahah tawanya. Ia sangat gembira melihat kecerdasan Abunawas. Ia pun langsung mendatangi dan memeluk Abunawas.
“Pengawal, ambilkan sekarung
uang logam emas dan berikan kepada saudaraku ini,” katanya sambil menjabat
tangan Abunawas. (Asnawin Aminuddin, hasil kreasi setelah membaca berbagai kisah Abunawas)
@copyright Majalah Pedoman Karya (http://www.pedomankarya.com/2015/11/abunawas-dan-gedung-pwi.html)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar