Selasa, 16 Februari 2010

Artis Semarakan Peringatan Ke-64 HPN

Artis Semarakan Peringatan Ke-64 HPN
Selasa, 09 Pebruari 2010

Palembang (Cek&Ricek - C&R) - Sejumlah artis turut berpartisipasi dalam Peringatan ke-64 Hari Pers Nasional 2010 di Palembang. Bersama delegasi wartawan infotainment, mereka menghibur ribuan warga setempat.

Senin (8/2) sore, pelataran jembatan Ampera, Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan, berbeda dibandingkan hari-hari sebelumnya. Sejak pukul 14.00 WIB, ribuan orang berdatangan ke tempat itu. Mereka tampak antusias melihat dari dekat artis-artis ibukota yang hadir menyemarakkan rangkaian Peringatan ke-64 Hari Pers Nasional (HPN) 2010. Mereka, antara lain, Asmirandah, Tika Putri, Thomas Djorghi, presenter C&R Indah Kirana, Bara Jonas Revano, Marsha Chandrawitana, Ibnu Jamil, dan aktor senior Anwar Fuady.

Kedatangan para artis ini makin membuat rangkaian peringatan HPN yang digelar sejak Selasa (2/2) hingga Rabu (10/2) menjadi lebih meriah. Mereka ikut menghibur ribuan warga yang memadati areal di sebuah mal itu. Thomas Djorghi misalnya, ikut melantunkan lagu bercorak Melayu milik Wali Band betitle Cari Jodoh.

Gubernur Sumatera Selatan, Alex Noerdin, pun tak mau kalah. Ia ikut tampil di panggung dengan mendendangkan lagu Bintang milik grup musik Anima. Sementara Wali Kota Palembang, Eddy Santana Putra, berduet dengan politikus PDI Perjuangan, Puan Maharani, melantunkan lagu Kenangan Terindah milik kelompok musik Samson.

Suasana hangat juga menyeruak dalam acara diskusi tentang -- media infotainment dan artis -- yang digelar di Hotel The Jayakarta Daira, Senin (8/2) malam. Acara dihadiri Menko Perekonomian Hatta Rajasa, Gubernur Sumsel, dan anggota Parfi Sumsel.

Wartawan Infotainment

Selain menghibur warga, kedatangan para artis ini ikut menguatkan status wartawan infotainmen, bahwa keberadaan mereka tidak berbeda dengan wartawan lainnya, seperti wartawan ekonomi, politik, maupun wartawan olahraga.

Gubernur Alex Noerdin dalam pertemuan dengan para wartawan infotainment pada acara yang berlangsung dua jam hingga pukul 17.00 WIB itu menegaskan, wartawan infotainment merupakan pers yang riil, dan hasil reportasenya ikut menghibur masyarakat.

Ketua Umum PWI Pusat, Margiono dalam bincang-bincang dengan C&R akhir pekan lalu juga menegaskan, status wartawan infotainment tidak perlu diperdebatkan lagi. Ia menyatakan, wartawan infotainment memiliki kekhasan, seperti wartawan olahraga yang tergabung dalam Seksi Wartawan Olahraga (SIWO).

Kekhasan mereka, yakni melakukan reportase dengan narasumber yang khas pula. Wartawan SIWO mengejar para olahragawan dan tokoh terkait. Begitu pula wartawan infotainment, yang melakukan tugas reportase terhadap para selebritis dan tokoh terkait. “PWI sudah mengakui mereka sebagai wartawan infotainment sejak Kongres PWI 2008 lalu. Dalam pertemuan dengan Dewan Pers pekan lalu, organisasi wartawan lainnya juga tidak ada yang keberatan,” tandas Margiono – (lihat Bincang Bintang, halaman 30).

Tantangan Berat

Peringatan Ke-64 HPN 2010, yang puncaknya jatuh pada 9 Pebruari, dengan mengusung tema “Kemerdekaan Pers Dari Dan Untuk Rakyat”, itu dipakai sebagai momentum untuk meningkatkan standar kompetensi wartawan. Hal itu terkait makin beratnya tugas dan tanggung jawab wartawan.

Apalagi berdasarkan hasil penelitian Dewan Pers menunjukkan, dari sekitar 300 media cetak, 800 radio, dan 7 stasiun televisi, pers yang benar-benar sehat hanya sekitar 30 % saja. Berdasar fakta ini, Dewan Pers juga mengakui, hal sama terjadi di lingkup wartawan.

Akibat kondisi itu, sering muncul tudingan miring, termasuk banyaknya delik pers, sebagai akibat kinerja wartawan yang belum profesional, dan mengabaikan Kode Etik Jurnalistik.

Berdasar itu, momentum HPN yang tahun ini digelar di Palembang, Sumatera Selatan, digunakan untuk meningkatkan standar kompetensi, di antaranya dengan mendirikan Sekolah Jurnalistik Indonesia (SJI). Untuk pertama kali, SJI berdiri di Palembang, dan diresmikan Presiden SBY, bertepatan peringatan puncak HPN, 9 Pebruari.

Pada tahun 2010 ini, SJI juga akan didirikan di Semarang, Jakarta, Bandung, Samarinda, serta Makassar. “Kita targetkan, semua provinsi sudah ada SJI hingga tahun 2012,” janji Margiono.

Dengan berdirinya SJI ini, wartawan harus mengikuti uji kompetensi yang dilakukan lembaga yang telah diverifikasi oleh Dewan Pers. Wartawan yang belum mengikuti uji kompetensi, dinilai belum memiliki standar kompetensi.

Tuntutan profesionalitas profesi ini dibarengi dengan ratifikasi perusahaan pers. Menurut Margiono, perusahaan pers selain harus taat Kode Etik Jurnalistik, juga wajib memberikan standar perlindungan kepada wartawan, termasuk kesejahteraan wartawan. “Kalau tidak, ya melanggar,” tandasnya. Ratifikasi perusahaan pers itu makin diperkuat lewat penandatangan “Piagam Palembang” tentang Kesepakatan Perusahaan Pers Nasional.

Dalam pagelaran HPN kali ini juga ditandai pemberian penghargaan Press Card Number One kepada sekitar 100 orang pers. Mereka dinilai teguh dengan sikap profesional dalam menekuni kerjanya, dan menjunjung nilai-nilai etika profesinya.

Mereka yang menerima penghargaan ini, di antaranya Pemimpin Umum Harian Kompas, Jakob Oetomo, dan Dirut Bintang Grup (penerit Tabloid dan Tayangan C&R), Ilham Bintang.

Penghargaan Pena Emas, yang diberikan karena jasa dan pengabdian luar biasa dalam membangun dunia kewartawanan, diterima Gubernur Sumatera Selatan, Alex Noerdin dan Ketua Dewan Kehormatan PWI, Tarman Azzam.

Untuk kategori Kemerdekaan Pers, HPN memberi penghargaan kepada Mahkamah Agung. “Tahun ini, kita belum menemukan untuk kategori pribadi,” ujar Margiono.

Selain menampilkan media expo industri pers, acara HPN juga ditandai dengan kegiatan sosial, pekan olahraga wartawan (Porwanas) ke-X, dan berbagai seminar. (Adi Wardhono - C&R)

-keterangan: berita ini dikutip dari
http://pwi.or.id/index.php/Berita-PWI/Artis-Semarakan-Peringatan-Ke-64-HPN.html, pada Selasa 16 Februari 2010

Tidak ada komentar: