Jumat, 22 Januari 2010

SKU Tegas : ''Penambangan Batu Bijih Besi Ancam Keselamatan Penduduk''



SKU Tegas : ''Penambangan Batu Bijih Besi Ancam Keselamatan Penduduk''

Penambangan batu bijih besi di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, yang dilakukan oleh PT. Sindo Mandiri, menimbulkan keresahan masyarakat setempat karena mengancam keselamatan warga terutama dikhawatirkan akan terjadinya longsor.

Demikian berita utama (headline) Surat Kabar Umum (SKU) Tegas, minggu I & II Januari 2010, Tahun XLII No. 1143. Koran yang terbit sejak 16 Januari 1967 itu hingga kini masih eksis di tengah persaingan media cetak di wilayah Sulawesi Selatan.

Koran dengan motto ''berjuang menegakkan keadilan dan kebenaran'' itu terbit 12 halaman ukuran broadsheet. Halaman pertama dan halaman 12 berwarna, sedangkan halaman lainnya hitam putih.

Rabu, 20 Januari 2010

Staf Sekretariat PWI Sulsel Meninggal Dunia



Staf Sekretariat PWI Sulsel Meninggal Dunia

Makassar, 21 Januari 2010

Staf Sekretariat yang juga manajer pengelola gedung PWI Sulsel, Edy Sandjaya, meninggal dunia, di Rumah Sakit Grestelina Makassar, Selasa malam, 19 Januari 2010. Alharhum meninggal dunia karena sakit ginjal dan setelah dirawat selama dua hari di rumah sakit tersebut.

Almarhum meninggalkan seorang isteri (Hj. Gamar Umar Bazar'ah), empat anak, dan 10 cucu. Jenazah almarhum dilepaskan secara resmi oleh Ketua PWI Sulsel, H Zulkifli Gani Ottoh SH, di gedung PWI Sulsel, Rabu, 20 Januari 2010, sebelum dimakamkan di Pekuburan PWI Sulsel Sudiang Makassar. Pelepasan jenazah turut dihadiri Pembina PWI Pusat yang juga mantan Ketua PWI Sulsel, HM Alwi Hamu, sejumlah wartawan senior, pengurus dan anggota PWI Sulsel.

Almarhum Edy Sandjaya yang kelahiran Makassar, 27 November 1946, selain pengeloal gedung PWI Sulsel juga aktif sebagai wartawan sejak 1963 dan terdaftar sebagai anggota PWI sejak tahun 1967 dengan nomor KTA : 23.00.0712.67.

Sebagai wartawan, Edy Sandjaya pernah menjadi wartawan Majalah Suasana (1963-1964), Ekspres Minggu (1964-1965), harian Duta Masyarakat (1966-1974), Redaktur Pelaksana Harian Orde Baru (1968-1976), Pimpinan Redaksi Pelita Sulawesi (1970-1972), Redaktur Pelaksana mingguan Pos Makassar (1968-2000), dan Wakil Pemimpin Redaksi Majalah ''Waktoe'' (2000 s/d meninggal dunia).

Ketua PWI Sulsel, Zulkifli Gani Ottoh, kepada pengelola blog PWI Sulsel, Asnawin, mengatakan, kepergian almarhum Edy Sandjaya merupakan kehilangan yang cukup besar bagi PWI Sulsel.

''Beliau adalah manajer pengelola gedung PWI Sulsel yang dipersewakan untuk acara-acara pengantin dan berbagai pertemuan. Tidak mudah mencari pengganti beliau,'' katanya.

Lima hari sebelum meninggal dunia, kata Zulkifli, almarhum masih sempat masuk kantor, tetapi karena sudah dalam kondisi kurang sehat, maka dirinya selaku Ketua PWI Sulsel meminta kepada almarhum supaya segera pulang dan beristirahat.

Sehari sebelum meninggal dunia, saat almarhum dirawat di rumah sakit, Ketua PWI Sulsel bersama bersama beberapa pengurus menjenguk dan memberikan semangat, tetapi keesokan harinya pengurus menerima informasi bahwa Edy Sandjaya telah meninggal dunia.

''Beliau tidak pernah marah dan selalu menyelesaikan pekerjaannya. Beliau tipe pekerja dan tidak banyak bicara. Beliau tahu apa yang harus dikerjakannya, termasuk dalam menghadapi berbagai kegiatan, seperti Porwanas. Beliau selalu menjadi panitia perlengkapan dan tanpa diberitahu beliau sudah menyiapkan segala yang dibutuhkan,'' ungkap Zulkifli.

Kepala Sekretariat PWI Sulsel, H Murtadji, mengaku sudah puluhan tahun bersama-sama dengan almarhum Edy Sandjaya sebagai staf sekretariat PWI Sulsel, bahkan pernah tinggal satu kamar dengan almarhum puluhan tahun lalu di Wisma PWI Sulsel, Jl. Penghibur, Makassar.

''Beliau orangnya baik dan hampir tidak pernah marah, kecuali kepada anak-anak yang membantunya mengurus pengelolaan gedung PWI. Itu pun kalau mereka memang melakukan kesalahan,'' katanya.

Ketika masuk rumah sakit dua hari sebelum meninggal dunia, almarhum Edy Sandjaya sempat meminta khusus kepada keluarganya untuk memanggil H Murtadji ke rumah sakit.

''Saya dipanggil oleh almarhum ke rumah sakit minta

Rabu, 13 Januari 2010

Press Club PWI Sulsel Selalu Ramai

Press Club PWI Sulsel Selalu Ramai

Kafe ''Press Club PWI Sulsel'' di Jl. A.P. Pettarani, Makassar makin ramai saja. Setiap hari selalu banyak wartawan, pengurus PWI, dan masyarakat umum yang berkunjung.

Ada yang datang ingin bertemu dengan seseorang atau beberapa orang, ada yang kebetulan lewat lalu ingin minum teh/kopi, ada yang sengaja ingin main biliard, ada yang bawa laptop lalu main internet sepuasnya secara gratis, ada yang ingin nyanyi-nyanyi, dan mungkin masih ada alasan lain yang saya tidak tahu. Pokoknya selalu ramai.

Rifai Manangkasi selaku manajer Press Club PWI Sulsel tentu saja senang dan gembira, karena berbagai upaya yang dilakukannya dengan dibantu oleh pengurus PWI Sulsel, sudah mulai membuahkan hasil.

''Teman-teman juga sudah beberapa kali memanfaatkan Press Club PWI Sulsel untuk mengadakan rapat, pertemuan-pertemuan, kuliah, mengerjakan tugas-tugas, jumpa pers, dan dialog,'' ungkapnya kepada pengelola blog PWI Sulawesi Selatan, Asnawin, di Press Club PWI Sulsel, Kamis, 14 Januari 2010.