Jumat, 29 Juli 2011

IKWI PWI Sulsel Rayakan Ultah ke-50


Ikatan Keluarga Wartawan Indonesia (IKWI) PWI Sulsel merayakan ulang tahun ke-50 IKWI tingkat provinsi Sulsel di Press Club Gedung PWI Sulsel, Jl AP Pettarani 31, Makassar, Kamis, 29 Juli 2011. Acara ultah ditandai pemotongan nasi tumpeng oleh Ketua IKWI PWI Sulsel Nur Ulkiah yang kemudian diserahkan kepada Ketua PWI Sulsel Zulkifli Gani Ottoh, disaksikan pengurus dan anggota IKWI PWI Sulsel dan IKWI PWI Perwakilan Pinrang, Sidrap, Parepare, Palopo, dan Wajo.

Kamis, 28 Juli 2011

Wartawan Dilatih Bahasa Inggris


Guna meningkatkan profesionalisme dalam menjalankan tugas keseharian, pengurus Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Cabang Sulsel gelar pelatihan khusus Bahasa Inggris. Wakil Ketua Bidang Pendidikan PWI Cabang Sulsel sekaligus penanggungjawab kegiatan, Drs H Nur Syamsu Sultan, mengatakan, program ini dikemas dalam Specific English For Journalist.



Wartawan Dilatih Bahasa Inggris
- Zugito: Bentuk Profesionalisme Jurnalis


Harian Ujungpandang Ekspres
Sabtu, 16-07-2011
http://www.ujungpandangekspres.com/view.php?id=69094

MAKASSAR,UPEKS--Guna meningkatkan profesionalisme dalam menjalankan tugas keseharian, pengurus Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Cabang Sulsel gelar pelatihan khusus Bahasa Inggris. Program ini dikemas dalam Specific English For Journalist. Pelatihan dipusatkan di Sekretarit PWI Cabang Makassar, Jl AP Pettarani. Jumlah peserta yang ikut mencapai 17 peserta. Kemungkinan jumlah tersebut masih akan bertambah.

Wakil Ketua Bidang Pendidikan PWI Cabang Sulsel sekaligus penanggungjawab kegiatan, Drs H Nur Syamsu Sultan saat pembukaan pelatihan, Jumat (17/7/2011) mengatakan, kursus Bahasa Inggris merupakan salah satu program kerja yang telah terlaksana.

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas atau pengetahuan Bahasa Inggris bagi setiap wartawan. Bahasa Inggris sangat penting dimiliki seorang wartawan. Metode yang dipakai yakni teori dan praktek di lapangan.

"Program ini sangat penting bagi seorang wartawan. Sekarang ini masih banyak wartawan yang sangat kurang pengetahuan Bahasa Inggris. Makanya, kami dari pengurus PWI Cabang Sulsel merealisasikan program ini agar ke depan profesionalisme wartawan semakin ditingkatkan," tandas Nur Syamsu saat pembukaan Pelatihan Khusus Bahasa Inggris Bagi Jurnalis di sekretariat PWI Cabang Sulsel, Jumat (17/7).

Ditanya mengenai lama pelaksanaan, dia menyebutkan, kegiatan tingkat dasar ini digelar selama dua bulan.
Sementara itu, Ketua PWI Cabang Sulsel, Zulkifli Gani Ottoh dalam sambutannya mengatakan, sangat bersyukur atas terlaksananya kegiatan ini.

Mantan Ketua KPU Makassar ini mengakui, kualitas bahasa Inggris wartawan masih sangat terbatas. Menurutnya, kegiatan ini merupakan suatu bentuk kepedulian PWI terhadap kualitas wartawan.

Diharapkan dengan adanya pelatihan ini peserta bisa mengaplikasikan di lapangan. Ini juga merupakan antisipasi atau persiapan menghadapi sertifikasi bagi setiap wartawan 2012 mendatang.

Bagian lain yang menjadi penekanan Zulkifli yakni masalah kepuasan mencari ilmu pengetahuan. Dia menjelaskan, seorang wartawan tak perlu merasa puas terhadap apa yang diperoleh selama ini.

"Kalau perlu ke depan kita mencoba mengadakan kursus Bahasa Mandarin," candanya.

[Terima kasih atas kunjungan, komentar, saran, dan kritikan anda di blog: http://pwi-sulsel.blogspot.com//]

Rabu, 27 Juli 2011

Wartawan Wajib Pahami Kode Etik


BAHAS WARTAWAN. Tokoh pers Sulsel H Syamsu Nur (kiri), Sekprov Sulsel Andi Muallim (tengah), dan Ketua PWI Sulsel Zulkifli Gani Ottoh hadir pada Lokakarya Orientasi Kewaspadaan Nasional (Orpadnas) NKRI, yang dihadiri ratusan wartawan dan berbagai elemen masyarakat, di Gedung PWI, Rabu 27 Juli 2011. Turut hadir, mantan Gubernur Sulsel H Andi Oddang, sejumlah wartawan senior, dan tokoh masyarakat keturunan Tionghoa Anton Obey. (Foto: Jumain Sulaiman/Fajar)



Wartawan Wajib Pahami Kode Etik

Harian Fajar, Makassar
Kamis, 28 Juli 2011 |
http://www.fajar.co.id/read-20110728064012-wartawan-wajib-pahami-kode-etik

MAKASSAR, FAJAR -- Maraknya kritik yang ditujukan pada pemberitaan di media dianggap sebagai bagian dari kurangnya pemahaman kode etik oleh sebagian wartawan. Pers sebagai mitra masyarakat dan pemerintah hendaknya membekali diri dengan pengetahuan dan perilaku sesuai standar jurnalistik.

Hal tersebut disampaikan Ketua DPRD Sulsel HM Roem saat hadir sebagai narasumber dalam Lokakarya Kewaspadaan Nasional yang digelar Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) di Aula PWI Rabu, 27 Juli. Acara ini digelar PWI selama dua hari terhitung kemarin untuk membekali para wartawan dengan wawasan kebangsaan. Lokakarya diikuti pemerhati jurnalistik, insan pers serta pengurus dan anggota PWI. Turut hadir sebagai narasumber Sekretaris Provinsi Andi Muallim, perwakilan Pangdam VII Wirabuana serta Kapolda yang diwakili Kabid Humas Chevy Ahmad Sofari. Mereka bergantian menyampaikan pidato didampingi Ketua PWI Sulsel Zulkifli Gani Ottoh.

Roem nanyak menyinggung peran pers sebagai penyambung hubungan masyarakat dengan pemerintahan. Pers hadir sebagai penyeimbang dalam masyarakat. "Misalnya jika di dewan sedang panas-panasnya, pers hadir untuk mendinginkan situasi," ujarnya.

Pers dan pemerintah memiliki hubungan timbal balik karena saling membutuhkan. Keduanya juga dapat dikatakan setara karena sama-sama bekerja untuk kepentingan masyarakat. Sehingga, perlu dibangun suatu kemitraan yang berlandaskan saling pengertian antara keduanya. "Pemerintahan atau siapapun hendaknya membangun mitra yang baik dengan pers," sambung Roem.

Besarnya peran pers dalam menyampaikan kebenaran pada masyarakat dianggap Roem sebagai suatu tanggung jawab. Makanya diperlukan suatu pemahaman akan tanggung jawab pekerjaannya. Salah satunya dengan memahami aturan dan kode etik dalam bekerja. Kode etik merupakan pegangan agar tidak menyalahi aturan dalam bekerja. Kode etik dalam berbagai pekerjaan sama-sama mengatur bagaimana bertanggung jawab dalam bekerja. "Kita semua, khususnya pers hendaknya berpijak pada landasan yang sama. Pekerjaan tak akan bermakna jika kita menyalahi etika," katanya.

Direktur Utama PT. Media Fajar Syamsu Nur yang turut hadir mengatakan sebagian wartawan belum memahami atau lupa kode etik yang berlaku. Akibatnya banyak pihak yang merasa dirugikan akibat tindakan mereka yang menyalahi aturan.

"Saat ini yang penting adalah bagaimana menegakkan kode etik yang berlaku. Jangan sampai hanya dipahami saja. Tapi tidak diterapkan dalam menulis berita," katanya.

Baginya penegakan kode etik patut dimulai sejak dini dari hal-hal terkecil.

"Termasuk bagaimana berpenampilan yang baik," katanya.

Sekretaris Provinsi Andi Muallim lebih banyak menyinggung seputar kesadaran kebangsaan dan kewaspadaan nasional. Dari atas mimbar ia menjelaskan maraknya ancaman yang datang keutuhan Indonesia. Bagaimana pihak asing membangun grand design untuk memecah Indonesia. Pembalakan hutan, pencurian ikan hingga sengketa batas wilayah.

Untuk mencegah perpecahan warga hendaknya paham bagaimana prinsip-prinsip kebangsaan dan menanamkannya di diri masing-masing. Jangan adal yang lengah sedikitpun, khususnya pers sebagai penjaga," imbau Muallim. (aan/lan)

[Terima kasih atas kunjungan, komentar, saran, dan kritikan anda di blog: http://pwi-sulsel.blogspot.com//]