Jumat, 16 Juli 2021

Naluri Wartawan

 

“Wartawan adalah orang yang secara teratur melaksanakan kegiatan jurnalistik. Kutipan ini menarik, karena banyak (orang yang) mengaku wartawan tapi tidak teratur melaksanakan kegiatan jurnalistik. Apa ada pasal lain yang mengatur sampai kapan seorang wartawan tidak melaksanakan kegiatan jurnalistik dan dinyatakan gugur gelar (status) kewartawanannya?” (Foto: Asnawin Aminuddin / PEDOMAN KARYA)

 


------

PEDOMAN KARYA

Selasa, 21 April 2020

 

KOLOM JURNALISTIK

 

 

Naluri Wartawan

 

 

Oleh: Asnawin Aminuddin

(Wartawan / Pengajar)


Seorang teman pernah bertanya dengan mengutip pengertian wartawan menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999, tentang Pers, pasal 1, yakni “Wartawan adalah orang yang secara teratur melaksanakan kegiatan jurnalistik.”

Setelah mengutip pengertian itu, teman kami itu bertanya begini, “Kutipan ini menarik, karena banyak (orang yang) mengaku wartawan tapi tidak teratur melaksanakan kegiatan jurnalistik. Apa ada pasal lain yang mengatur sampai kapan seorang wartawan tidak melaksanakan kegiatan jurnalistik dan dinyatakan gugur gelar (status) kewartawanannya?”

Saya curiga pertanyaan itu ia ajukan untuk menyindir wartawan yang memiliki kartu pers, bahkan mengantongi kartu anggota PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) atau organisasi wartawan lainnya, tapi tidak rutin membuat karya jurnalistik, apalagi wartawan yang sudah berumur dan memang tidak produktif lagi.

Juga menyindir orang yang mengantongi kartu pers, padahal kartu pers itu ia miliki karena ia adalah pemilik perusahaan pers, keluarga pemilik, bekerja di perusahaan pers, atau berteman dengan pemilik / pemimpin redaksi, padahal sesungguhnya ia bukan wartawan.

Mereka bukan wartawan karena bukan bagian dari redaksi, tidak ikut dalam perencanaan liputan, tidak meliput di lapangan, tidak menulis berita, dan juga tidak mengedit berita.

Mereka benar-benar hanya menginginkan mengantongi kartu pers, karena kartu pers itu bermanfaat bagi dirinya dalam berbagai hal.

Ada juga orang yang mengantongi kartu pers, karena mereka atlet dan mereka diperlukan untuk mengikuti berbagai event olahraga, seperti Pekan Olahraga Wartawan Daerah (Porwarda) atau Pekan Olahraga Wartawan Nasional (Porwanas).

Saya tidak langsung menjawab pertanyaan teman kami yang ia ajukan melalui medsos Facebook. Beberapa waktu kemudian, saya pun menjawab dengan sedikit diplomatis.

Saya jawab begini, “Wartawan memiliki naluri, namanya naluri wartawan. Naluri untuk berbagi informasi, naluri untuk menghibur, naluri untuk mendidik, dan naluri untuk melakukan kontrol sosial. Naluri wartawan itu sesungguhnya tidak pernah mati selama seorang wartawan masih hidup.”

Tidak ada komentar: