Kamis, 11 November 2010

Lima Tahun Bukanlah Waktu yang Singkat

Ada beberapa catatan yang ingin saya sampaikan terkait periode kepengurusan lima tahun itu. Pertama, Ketua PWI (pusat atau cabang) terpilih hendaknya selektif memilih orang-orang yang akan dimasukkan dalam pengurus harian dan pengurus pleno. Jangan sampai pertimbangannya hanya untuk “balas jasa” kepada orang-orang yang tiba-tiba begitu dekat dan menjadi pendukung utama saat konferensi. (Foto: Asnawin Aminuddin)





----

11 November 2010

 

 

Lima Tahun Bukanlah Waktu yang Singkat

 

(Catatan Buat Ketua PWI Sulsel 2010-2015)

 

 

Oleh: Asnawin Aminuddin

(Ketua Seksi Pendidikan PWI Sulsel periode 2006-2010)

 

Masa bakti Presiden Amerika Serikat 'hanya' empat tahun. Para Bapak Bangsa Amerika pasti sudah memperhitungkan dengan matang bahwa waktu empat tahun sudah cukup bagi seorang Presiden AS untuk berbuat. Tidak perlu sampai lima tahun.

Di negara kita, Indonesia, masa jabatan presiden, gubernur, walikota, dan bupati bukan empat tahun, melainkan lima tahun. Banyak organisasi di negara kita juga mematok periode kepengurusan lima tahun.

Salah satu organisasi yang mematok periode kepengurusan lima tahun adalah Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Lima tahun tentu bukanlah waktu yang singkat.

Sebenarnya lima tahun itu terlalu lama, karena pasti banyak yang terjadi dalam lima tahun, sehingga perlu berbagai macam penyesuaian dalam perjalanan sebuah organisasi.

Ada beberapa catatan yang ingin saya sampaikan terkait periode kepengurusan lima tahun itu. Pertama, Ketua PWI (pusat atau cabang) terpilih hendaknya selektif memilih orang-orang yang akan dimasukkan dalam pengurus harian dan pengurus pleno.

Jangan sampai pertimbangannya hanya untuk “balas jasa” kepada orang-orang yang tiba-tiba begitu dekat dan menjadi pendukung utama saat konferensi. Sebaiknya, ketua terpilih memilih orang yang memiliki kompetensi di bidang atau pada seksi tertentu, terutama bila pada periode sebelumnya telah terbukti mau dan mampu bekerja dengan baik.

Tidak semua anggota organisasi atau pengurus lama yang mau atau mampu mencari simpati atau masuk dalam “tim sukses” saat konferensi, tetapi itu bukan berarti mereka tidak mendukung ketua terpilih.

Mereka mungkin hanya tidak ingin masuk dalam salah satu kubu dan memilih netral. Jadi, janganlah memposisikan mereka sebagai bukan teman, apalagi menganggap mereka sebagai “lawan”. Bahkan kepada mereka yang terang-terangan bukan pendukung calon ketua terpilih pun, sebaiknya jangan dimusuhi. Kalau perlu ajak mereka berbicara dari hati ke hati untuk kepentingan organisasi ke depan.

Kedua, buatlah program yang benar-benar dibutuhkan anggota PWI, terutama pendidikan dan peningkatan kualitas wartawan, serta upaya peningkatan kesejahteraan wartawan. Peningkatan kualitas wartawan diharapkan dapat berdampak positif terhadap kualitas isi pemberitaan yang selanjutnya dapat meningkatkan jumlah pembaca media cetak, pendengar radio, serta pemirsa televisi.

Ketiga, mungkin tidak ada salahnya kalau PWI juga melakukan kerjasama dengan pemerintah, instansi, serta lembaga atau organisasi lain untuk mengadakan kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan. Ini penting dilakukan agar PWI memiliki ''banyak teman'' dan juga diterima di semua kalangan.

Mengakhiri tulisan singkat ini, saya ingin mengingatkan kembali kepada ketua dan pengurus PWI bahwa lima tahun bukanlah waktu yang singkat. Butuh nafas panjang, keseriusan, dan kerja nyata untuk menjaga eksistensi dan nama baik organisasi.***

Tidak ada komentar: