WORKSHOP. Dua anggota Dewan Pers Ray Wijaya (kiri) dan Yosep Adi Prasetyo, tampil sebagai pembicara pada "Workshop Peliputan Pemilu 2014 untuk Wartawan Media Cetak dan Media
Elektronik", di Hotel Sahid, Makassar, Selasa, 18 Maret 2014. Dua pembicara lainnya yaitu Ketua KPUD Sulsel Iqbal Latief
dan Ketua Panwaslu Sulsel Laode Arumahi. (Foto: Asnawin)
--------------------
Liputan Pemilu, Media Massa Harus Berpihak
Masyarakat
selalu menuntut media massa agar netral dan menjaga netralitasnya dalam
pemberitaan. Tuntutan itu tidak salah, tetapi sesungguhnya media massa harus
berpihak. Bukan berpihak kepada oknum atau pihak tertentu, apalagi kepada
penguasa atau kapitalis, melainkan berpihak kepada kepentingan publik dan
berpihak kepada kebenaran.
Dalam
liputan Pemilu 2014 misalnya, media massa harus berpihak kepada kepentingan
publik yang ingin mendapatkan informasi sebanyak-mungkin tentang semua
aktivitas parpol peserta Pemilu, serta visi misi dan kualitas para calon
legislator (caleg).
"Kalau
ada caleg bagus di daerah, punya visi dan misi yang jelas, dekat dengan rakyat,
tetapi tidak punya akses ke media massa, maka media massa perlu memberikan
ruang kepada caleg bersangkutan," kata anggota Dewan Pers Ray Wijaya, pada
"Workshop Peliputan Pemilu 2014 untuk Wartawan Media Cetak dan Media
Elektronik", di Hotel Sahid, Makassar, Selasa, 18 Maret 2014.
Berdasarkan
pengalaman dalam beberapa kali pelaksanaan Pemilu sebelumnya, media massa,
terutama media televisi, lebih banyak memberitakan parpol-parpol besar dan
pemberitaan mengenai parpol tersebut terfokus di Jakarta. Kondisi tersebut, menunjukkan
betapa media massa tidak berpihak kepada kepentingan publik.
"Kenyataannya,
liputan Pemilu di media massa adalah jurnalisme pacuan kuda. Yang ditonjolkan
adalah persaingan antar-partai, persaingan antar-caleg, atau persaingan
antar-kandidat. Seperti pacuan kuda, media massa cenderung menampilkan saling
salip antar-peserta Pemilu untuk memenangi pemilihan," timpal anggota
Dewan Pers lainnya, Yosep Adi Prasetyo.
Dia
menegaskan, wartawan dan media massa tidak boleh diseret-seret dalam konflik
parpol, dan wartawan diharapkan tidak menjadikan media massa mereka sebagai
corong kepentingan.
“Kita
membutuhkan liputan Pemilu yang cerdas dan berkualitas,” tandas Yosep.
Pada
workshop yang dihadiri puluhan wartawan dari berbagai media cetak dan
elektronik tersebut, Dewan Pers juga menampilkan Ketua KPUD Sulsel Iqbal Latief
dan Ketua Panwaslu Sulsel Laode Arumahi sebagai pembicara. (asnawin)
----------------
[Terima
kasih atas kunjungan, komentar, saran, dan kritikan anda di blog PWI Sulawesi
Selatan : http://pwi-sulsel.blogspot.com]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar