Sabtu, 30 Oktober 2010

Konfercab PWI Sulsel Berakhir Pukul 03.30 Wita


KONFERCAB. Pengurus PWI Sulsel menggelar Konfercab, di Gedung PWI Sulsel, Jl AP Pettarani 31, Makassar, Sabtu, 30 Oktober 2010. (Foto: Tamsir)












Konfercab PWI Sulsel Berakhir Pukul 03.30 Wita


- Laporan Pertanggungjawaban Nyaris Ditolak




Oleh: Asnawin Aminuddin
(Pengurus PWI Sulsel)

Konferensi Cabang (Konfercab) Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sulawesi Selatan yang dibuka Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo, Sabtu, 30 Oktober 2010 sekitar pukul 10.00 Wita, dan dihadiri Ketua PWI Pusat Margiono, serta sekitar 500 peserta dan panitia, dijadwalkan berakhir sekitar pukul 18.00 Wita, tetapi ternyata molor dan terpaksa baru berakhir pada Ahad, 31 Oktober 2010, sekitar pukul 03.30 Wita.

Dengan demikian, Konfercab PWI Sulsel berlangsung selama 17 jam dan 30 menit. Molornya pelaksanaan Konfercab tersebut disebabkan alotnya pembahasan tata tertib Konfercab dan laporan pertanggungjawaban pengurus PWI Sulsel periode 2006-2010.

Pembahasan tata tertib yang dipimpin panitia pengarah (steering committe) HL Arumahi, Nurhayana Kamar, dan Asnawin berlangsung hingga tiga jam lebih, mulai pukul 13.30 Wita sampai dengan pukul 16.30 Wita.

Selanjutnya, sidang untuk mendengarkan Laporan Pertanggungjawaban (LPj) pengurus yang dipimpin Asnawin, dibacakan berturut-turut oleh Ketua PWI Sulsel Zulkifli Gani Ottoh, Wakil Ketua Bidang Organisasi HL Arumahi, Wakil Ketua Bidang Pendidikan Hasan Kuba, Wakil Ketua Bidang Pembelaan Wartawan Andi Syahrir Makkuradde, Wakil Ketua Bidang Kesejahteraan Andi Pasamangi Wawo, Bendahara Nurhayana Kamar, Ketua Seksi Wartawan Olahraga (SIWO) Piet Heriyadi Sanggelorang, dan Tim Verifikasi Keuangan Mufti Hendrawan.

Setelah pembacaan LPj, beberapa peserta sidang langsung berdiri untuk mengajukan pertanyaan, tetapi hampir semua pertanyaan hanya seputar pertanggungjawaban keuangan.

Para peserta Konfercab antara lain mempertanyakan tidak adanya dalam laporan keuangan mengenai sewa gedung serbaguna PWI Sulsel, sewa Wisma PWI, hasil sewa Press Club yang hanya sekitar Rp 1 juta pertahun dalam dua tahun terakhir, laporan keuangan Porwarda PWI Sulsel di Maros 2009, laporan keuangan Porwanas di Palembang 2010, serta terteranya beberapa nama yang disebutkan berutang kepada PWI Sulsel.

Sekretaris Dewan Kehormatan Daerah (DKD) PWI Sulsel Burhanuddin Amin yang memakai jas dan songkok hitam, bahkan langsung melakukan interupsi setelah namanya disebut berutang sebesar Rp 1,2 juta kepada bendahara PWI Sulsel.

''Ini adalah upaya pembunuhan karakter kepada saya. Kalau memang saya berutang saya akan bayar sekarang, tetapi saya perlu luruskan bahwa ketika itu saya meminta uang kepada bendahara karena disuruh oleh Pak Ancu (H Syamsu Nur) selaku Ketua DKD PWI Sulsel, jadi bukan saya yang berutang dan harus mempertanggungjawabkannya melainkan Pak Ancu,'' kata Burhanuddin sambil berjalan ke depan podium pimpinan sidang didampingi sejumlah peserta yang juga langsung mengeluarkan uang lalu menyerahkannya kepada bendahara PWI Sulsel Nurhayana Kamar.

Suasana sidang kemudian menjadi gaduh oleh teriakan beberapa peserta yang memaki bendahara PWI Sulsel dan Ketua PWI Sulsel. Setelah pimpinan sidang meminta peserta tenang dan duduk kembali di kursi masing-masing, sidang kemudian diskorsing selama satu jam karena sudah memasuki waktu salat magrib.

Beberapa saat setelah sidang dilanjutkan, sejumlah peserta kembali mempertanyakan masalah laporan keuangan pengurus PWI Sulsel periode 2006-2010 dan suasana kembali menjadi gaduh. Beberapa peserta bahkan meminta agar LPj pengurus ditolak oleh peserta Konfercab, karena dianggap gagal menunjukkan kinerja yang baik.

Suasana lagi-lagi menjadi gaduh setelah HL Arumahi yang diserahi kembali palu sidang, menawarkan kepada peserta Konfercab agar laporan LPj pengurus diterima dengan beberapa catatan. Mendengar tawaran tersebut, sejumlah peserta langsung mengacungkan tangan dan beberapa di antara mereka mengatakan LPj harus ditolak, karena banyak item dalam laporan keuangan yang tidak jelas.

Dalam suasana gaduh itu dan atas usul peserta Konfercab, utusan PWI Pusat Atal Depari kemudian memberikan wejangan yang cukup panjang dan akhirnya LPj dapat diterima dengan beberapa catatan yang menjadi tugas pengurus lama untuk disampaikan kepada pengurus baru.

Pemilihan yang Melelahkan

Setelah Lpj pengurus PWI Sulsel periode 2006-2010 diterima, pimpinan sidang kemudian diserahkan oleh panitia pengarah kepada utusan PWI Pusat untuk memilih lima pimpinan sidang pemilihan pengurus PWI Sulsel periode 2010-2015 dan pemilihan pengurus DKD PWI Sulsel periode 2010-2015.

Dalam memilih pimpinan sidang tersebut, kembali terjadi kegaduhan. Sejumlah peserta mengajukan beberapa nama untuk mendampingi utusan PWI Pusat, antara lain Ketua PWI Perwakilan Parepare Ibrahim Manisi, Nur Syamsu Sultan (Kepala Stasiun TVRI Sulsel) mewakili unsur media elektronik, Andi Tenri mewakili unsur gender (perempuan), serta Lutfi Qadir, Nurzaman Razak, dan Anwar Sanusi mewakili peserta Konfercab.

Ketika nama Lutfi Qadir disebutkan, pimpinan sidang Atal Depari langsung mengetuk palu, tetapi sejumlah peserta sidang lainnya langsung melakukan protes, karena Lutfi Qadir adalah pengurus harian DPD I Golkar Sulsel. Tetapi peserta lain mengatakan palu yang sudah diketuk oleh pimpinan sidang tidak bisa lagi ditarik.

Melihat suasana yang gaduh itu, Kepala Stasiun TVRI Sulsel Nur Syamsu Sultan langsung berdiri dan menyatakan mengundurkan diri sebagai calon pimpinan sidang. Dalam suasana yang masih agak gaduh itu, Ibrahim Manisi, Andi Tenri, dan Nurzaman Razak, sudah langsung naik ke kursi pimpinan sidang mendampingi Atal Depari.

Dengan demikian, sisa satu calon pimpinan sidang yang diperebutkan. Tarik menarik kembali terjadi untuk calon pimpinan sidang kelima antara Lutfi Qadir atau Anwar Sanusi, tetapi setelah pimpinan sidang diingatkan bahwa dirinya telah mengetuk palu ketika nama Lutfi Qadir disebutkan, maka pimpinan sidang terpaksa memutuskan bahwa Lutfi Qadir ditetapkan sebagai salah satu di antara lima pimpinan sidang.

Setelah itu pimpinan sidang kembali membacakan tata tertib pemilihan Ketua PWI Cabang dan pemilihan Ketua DKD PWI Cabang, yaitu setiap peserta (Anggota Biasa PWI) akan diberi dua lembar kertas suara, masing-masing berwarna putih untuk pemilihan Ketua PWI Cabang dan kertas berwarna merah untuk pemilihan Ketua DKD PWI Cabang.

Untuk pemilihan Ketua PWI, para peserta berhak menulis di kertas putih sebanyak-banyaknya tiga nama, sedangkan untuk pemilihan calon Ketua DKD, para peserta hanya diperbolehkan menulis satu nama.

Pemilihan yang diikuti 440 peserta itu dimulai sekitar pukul 21.30 Wita dan baru berakhir sekitar pukul 01.35 Wita, sedangkan perhitungan suara berlangsung sekitar 90 menit.

''Ini betul-betul pemilihan yang melelahkan,'' kata Nurdin Mangkana, salah seorang wartawan senior yang juga mantan anggota DPRD Sulsel dari Partai Golkar.

Zugito dan Ronald

Hasil perhitungan suara calon Ketua PWI Sulsel periode 2010-2015, yaitu Zulkifli Gani Ottoh (Fajar Group) memperoleh 271 suara, disusul Burhanuddin Amin (pemilik group media Indonesia Pos) 222 suara, Mappiar (Fajar Group) 218 suara, Hasan Kuba (Tabloid Lintas) 207 suara, Burhanuddin Mampo (RRI) 206 suara, dan Syafruddin Tang (SKU Pedoman) 202 suara. Masih ada beberapa nama lain yang mendapatkan suara, tetapi jumlahnya tidak signifikan.

Sementara hasil perhitungan suara calon Ketua DKD PWI Sulsel periode 2010-2015, Ronald Ngantung (harian Tribun Timur) 234 suara dan HL Arumahi 165 suara. Beberapa nama lain juga mendapatkan suara, tetapi jumlahnya tidak signifikan.

Sebenarnya pemilihan Ketua PWI Cabang Sulsel masih bisa dilanjutkan ke putaran kedua, karena ada dua nama yang mendapatkan suara lebih dari 50 persen, yakni Zulkifli Gani Ottoh (Zugito) dan Burhanuddin Amin, tetapi para pendukung Burhanuddin Amin tidak mempersoalkannya, sehingga Zulkifli Gani Ottoh kemudian ditetapkan sebagai Ketua PWI Sulsel periode 2010-2015 dan Ronald Ngantung sebagai Ketua DKD PWI Sulsel periode 2010-2015. Setelah menerima ucapan selamat dari sejumlah peserta sidang, Zulkifli kemudian mendatangi Burhanuddin Amin dan mereka bersalaman lalu berpelukan.

Beberapa saat kemudian, Zulkifli didampingi dua formatur dan Ronald Ngantung mengadakan rapat formatur selama sekitar tujuh menit. Setelah itu, Zulkifli mengumumkan pengurus harian yakni dirinya tetap didampingi oleh Mappiar selaku sekretaris dan Nurhayana Kamar sebagai bendahara.

Zulkifli juga mengumumkan bahwa Ronald Ngantung sebagai Ketua DKD didampingi oleh Andi Pasamangi Wawo sebagai sekretaris merangkap anggota, Yonathan Mandiangan, Piet Heriyadi Sanggeloran, dan Andi Syahrir Makkuradde.

HL Arumahi ditempatkan sebagai salah seorang Penasehat PWI Sulsel bersama sejumlah nama lainnya yang secara keseluruhan berjumlah 11 orang dan dipimpin oleh H Syamsu Nur.

Tidak ada komentar: