Jumat, 29 Oktober 2010

Ketika Kita Harus Memilih

Ketika Kita Harus Memilih

Oleh Asnawin

Tuhan menciptakan segala sesuatunya di dunia ini berpasang-pasangan. Ada laki-laki, ada perempuan. Ada kehidupan, ada kematian. Ada amal, ada dosa. Dan seterusnya, dan seterusnya.

Dalam kehidupan beragama pun kita diberi pilihan-pilihan. Kita sebagai manusia ciptaan Tuhan dipersilakan memilih agama yang diyakini kebenarannya. Bahkan kita pun dipersilakan tidak beragama kalau tidak yakin dengan salah satu agama yang diturunkan melalui nabi dan rasul utusan Tuhan.

Dalam kehidupan bernegara kita juga harus memilih salah satu pasangan calon presiden dan calon wakil presiden. Begitu pun dengan pemilihan gubernur, pemilihan walikota, dan pemilihan bupati. Kita harus memilih, termasuk memilih untuk tidak memilih (Golput).

Dalam skop yang lebih kecil, kita juga kadang-kadang terpaksa harus memilih calon ketua organisasi. Ketika berhimpun dalam sebuah organisasi, mau tidak mau kita berhadapan dengan pilihan-pilihan. Masalahnya kemudian, bagaimana menentukan pilihan ketika dua orang yang akan maju sebagai calon ketua organisasi adalah orang-orang yang kita sayangi, yang begitu dekat dengan kita.

Memilih si A yang sudah seperti saudara, berarti kita akan merasa tidak enak dengan si B yang sudah seperti orangtua. Begitu pun sebaliknya. Menghindar untuk tidak memilih juga sulit kita lakukan, karena pasti akan banyak sorotan dari teman-teman, terutama sorotan bahwa kita adalah orang yang tidak punya warna, tidak mampu mengambil keputusan tegas, banci, dan sebagainya.

Maka ketika kita harus memilih, kita memang hendaknya memilih. Jangan tidak memilih. Kita memilih boleh berdasarkan kepentingan, boleh berdasarkan pertimbangan logis, juga boleh berdasarkan hati nurani. Terserah. Akan lebih baik lagi kalau kepentingan dan pertimbangan logis itu bertemu dengan hati nurani.

Makassar, 30 Oktober 2010

Tidak ada komentar: