PWI Sulsel-Pemprov Sulsel Gelar Safari Jurnalistik
Makassar, 30 September 2010
Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Cabang Sulawesi Selatan bekerja-sama Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan akan menggelar Safari Jurnalistik pada 16 kabupaten dan kota se-Sulawesi Selatan, 4 s/d 10 Oktober 2010.
Sekretaris Panitia, Hasan Kuba, didampingi wakil sekretaris M Razak Kasim, kepada pengelola blog http://pwi-sulsel.blogspot.com/, Asnawin, Rabu, 29 September 2010, menjelaskan, Safari Jurnalistik itu bertujuan memantau pelaksanaan program Pemprov Sulsel, yakni Pendidikan dan Kesehatan Gratis, pada 16 kabupaten dan kota se-Sulsel.
Ke-16 kabupaten dan kota yang akan dikunjungi yaitu Gowa, Bantaeng, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Sidrap, Enrekang, Toraja Utara, Toraja, Pinrang, Parepare, Barru, Pangkep, dan Maros.
Pelepasan peserta Safari Jurnalistik yang terdiri atas wartawan media cetak dan elektronik se-Sulsel akan dilakukan Gubernur Sulsel Dr H Syahrul Yasin Limpo SH MH MSi, di Baruga Sangiaseri Gubernuran Makassar, Senin, 4 Oktober 2010.
''Acara pelepasan akan diisi dengan penjelasan dan pemaparan oleh Gubernur Sulsel mengenai program pendidikan dan kesehatan gratis di Sulsel yang sudah berjalan selama dua tahun terakhir,'' tutur Hasan Kuba.
Para peserta nantinya diharapkan membuat laporan dari hasil perjalanan tersebut melalui media masing-masing. Selanjutnya, sebuah tim khusus yang dibentuk panitia akan menilai berita dan atau laporan para peserta untuk memilih enam karya jurnalistik terbaik.
''Enam karya terbaik akan diberikan penghargaan oleh Gubernur Sulsel,'' tambah Hasan.
Lomba Karya Jurnalistik
Beberapa bulan lalu, PWI Sulsel bekerjasama Pemerintah Kabupaten Enrekang mengadakan Lomba Karya Jurnalistik bidang pariwisata yang diikuti puluhan wartawan. Para peserta mengunjungi sejumlah objek wisata di Enrekang kemudian menuliskan laporannya di media masing-masing. Selanjutnya sebuah tim khusus menilai karya jurnalistik para peserta untuk memilih enam karya terbaik.
Hasil penilaian panitia, tulisan karya Fahmy Miala (mantan wartawan Kompas yang kini Pemimpin Redaksi Tabloid Demos yang terbit di Makassar) ditetapkan sebagai karya terbaik pertama.
Karya terbaik kedua berjudul "Geliat Pariwisata Enrekang Menanti Wisatawan" atas nama Syarifuddin May dari LKBN ANTARA Biro Utama Sulawesi Selatan. Karya terbaik ketiga atas nama Ahmadi Haruna dari surat kabar mingguan Tegas, Makassar.
Karya terbaik keempat atau pemenang harapan I diraih Jurlan dari surat kabar Perintis Nusantatra, harapan II Syaifudidn Kadir dari surat kabar Harian Fajar Makassar, dan harapan III Mamat Irmansyah dari surat kabar Mingguan Indonesia Pos.
Hadiah kepada para pemenang lomba karya jurnalistik dalam rangka HUT ke-50 Kabupaten Enrekang diserahkan oleh Bupati Enrekang Ir H Latinro Latunrung pada resepsi peringatan HUT ke-50 Kabupaten Enrekang, di Enrekang, Sabtu, 20 Februari 2010.
Lomba karya tulis jurnalistik kerja sama PWI Sulsel dengan Pemkab Enrekang diikuti 75 wartawan dari berbagai media nasional dan lokal dengan melibatkan tim juri dari akademisi, Humas, dan wartawan senior.
Tim juri masing-masing Prof Dr H Faizal Abdullah SH MH (Unhas) sebagai ketua, sekretaris Ronald Ngantung (Wakil Pemimpin Redaksi Harian Tribun Timur Makassar), anggota Kepala Biro Humas Pemprov Sulsel Drs H Agus Sumantri, Kepala Humas Unhas, Drs HM Dahlan Abubakar MHum, dan dosen ilmu komunikasi Fisip Unhas yang juga Ketua KPID Sulsel Dr Aswan Hasan MSi. (asnawin)
Rabu, 29 September 2010
Minggu, 26 September 2010
Susunan Pengurus Dewan Kehormatan PWI Dari Masa ke Masa

Ketua Dewan Kehormatan PWI Pusat periode pertama, 1952-1968, H Agus Salim. Tokoh yang dikenal sebagai negarawan, tokoh pergerakan, dan tokoh pers sejak zaman penjajahan ini, dalam Dewan Kehormatan PWI periode pertama didampingi H Mohammad Natsir (waktu itu menjabat Menteri Luar Negeri) sebagai wakil ketua, kemudian Roeslan Abdulgani, Dr Soepomo, dan Djawoto. Soepomo dan Roeslan Abdulgani kemudian menjadi menteri. (ist)
Dewan Kehormatan PWI Sempat Vakum Selama 10 Tahun
MR. SUMANANG. Sejak DK-PWI terbentuk untuk pertama kali pada 24 September 1952, beberapa tahun lamanya keanggotaan dan kepengurusannya tidak diadakan oleh Kongres PWI berikutnya. Barulah pada 1968 diadakan pemilihan anggota Dewan Kehormatan PWI masa bakti 1968-1970, terdiri dari Mr. Sumanang sebagai ketua dengan anggota H. Rosihan Anwar, Prof. Oemar Seno Adji SH, Asa Bafagih, dan Sumantoro. (http://store.tempo.co/)
Merumuskan Kode Etik Jurnalistik
SUARDI TASRIF. Pengurus PWI mengadakan pertemuan atau semacam konferensi di Jakarta, 1-2 Mei 1954, yang dihadiri oleh para pimpinan redaksi seluruh Indonesia serta para wakil PWI cabang. Pertemuan menyetujui pembentukan Panitia Ad hoc yang bertugas menyusun kode etik jurnalistik. Panitia Ad hoc dimaksud terdiri dari Suardi Tasrif (Ketua), S. Tahsin (Sekretaris), dan Anggota Moh. Said, Sjarif Sulaiman, dan Supeno. (Foto: www.jakarta.go.id)
Pembentukan Dewan Kehormatan PWI
MR MOHAMMAD NATSIR. Kongres PWI Salatiga pada 24 September 1952 membentuk Dewan Kehormatan PWI dengan susunan kepengurusan, H Agus Salim (Ketua), Mr Mohammad Natsir (Wakil Ketua), serta tiga anggota, yakni Prof Mr Soepomo, Roeslan Abdulgani, dan Djawoto. (int)
Kamis, 23 September 2010
Ketua PWI dari Masa ke Masa

Makna Lambang PWI

LAMBANG PWI memiliki warna dasar hitam dan berbentuk segi lima, yang melambangkan rangka yang menjadi dasar landasan idiil, yakni Pancasila. Bentuk bagian luar berwarna biru, dengan rangkaian kapas dan padi melambangkan kesejahteraan, keadilan, dan kemakmuran yang diperjuangkan oleh organisasi (warna kuning mas). (int)
Rabu, 22 September 2010
Sekilas Sejarah Pers Nasional
Dalam sejarah mencapai Indonesia merdeka, wartawan Indonesia tercatat sebagai patriot bangsa bersama para perintis pergerakan di berbagai pelosok Tanah Air yang berjuang untuk menghapus penjajahan. Di masa pergerakan, wartawan bahkan menyandang dua peran sekaligus, sebagai aktivis pers dan sebagai aktivis politik.
Peraturan Dasar PWI
GEDUNG PWI SULSEL. Sejarah menunjukkan, perjuangan Wartawan Indonesia tidak dapat dipisahkan dari perjuangan Rakyat Indonesia untuk mencapai kemerdekaan, maupun mempertahankan dan mengisinya di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa serta tanpa membedakan aliran politik, suku, ras, agama dan golongan, Wartawan Indonesia pada tanggal 9 Februari 1946 di kota Solo telah menyatukan diri dalam organisasi wartawan nasional bernama Persatuan Wartawan Indonesia disingkat PWI. (Foto: Asnawin)
Peraturan Rumah Tangga PWI
Permohonan menjadi Anggota PWI diajukan dengan mengisi formulir yang sudah ditentukan, dan ditandatangani oleh pemohon. Formulir untuk Anggota Muda harus dilampiri fotokopi Surat Pengangkatan pemohon sebagai wartawan di salah satu media; fotokopi Ijazah yang telah dilegalisasi, serendah-rendahnya Sekolah Menengah Umum (SMU) atau yang sederajat sebelum tahun 2008, dan serendah-rendahnya (D-3) setelah tahun 2008.(int)
Kode Etik Jurnalistik PWI
Demi tegaknya harkat, martabat, integritas, dan mutu kewartawanan Indonesia, serta bertumpu pada kepercayaan masyarakat, dengan ini Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) menetapkan Kode Etik Jurnalistik yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh seluruh wartawan, terutama anggota PWI.
In Memoriam - Ibu Zuraida Rosihan Anwar
Rosihan Anwar bersama istrinya, Ibu Hajjah Zuraida. Ibu Zuraida meninggal dunia pada Ahad pagi, 05 September 2010, pukul 09.30 WIB.
Kamis, 16 September 2010
Kejaksaan Diharapkan Sinergis dengan Media
Kejaksaan Diharapkan Sinergis dengan Media
Harian Seputar Indonesia Sulawesi Selatan
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/350948/
Thursday, 16 September 2010
MAKASSAR (SINDO) – Dalam penanganan kasus korupsi di Sulselbar, Kejaksaan Tinggi (Kejati) Sulselbar diharapkan bersinergis dengan media.
Harapan ini disampaikan Kepala Biro Harian Seputar Indonesia (SINDO) Mukhramal Azis saat menerima kunjungan Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) Sulselbar Adjat Sudradjat di Jalan Haji Bau Makassar sore kemarin.
Sinergis tersebut mencakup keterbukaan pihak kejaksaan memberikan informasi seputar penegakan hukum,khususnya kasus korupsi di Sulselbar.
“Tentu kami berharap kejaksaan terbuka dan memberikan informasi seputar penanganan kasus korupsi,” katanya.
Terkait harapan tersebut, Kajati Adjat Sudradjat mengatakan sudah berupaya memperbaiki hubungan yang harmonis antara media, termasuk dengan LSM yang ada di Sulselbar.
“Kami sangat terbantu dengan temanteman media, termasuk LSM,” ujarnya.
Dalam silaturahmi tersebut, Adjat sekaligus mohon pamit karena tidak lama lagi akan meninggalkan kursi Kajati Sulselbar.Paling lambat pekan depan sudah menempati posisi baru di Kejaksaan Agung.
“Tidak lama lagi saya akan meninggalkan Makassar. Saya mengucapkan terima kasih atas kerja sama selama ini,” katanya.
Kajati Sulselbar yang akan menggantinya nanti juga tetap konsisten dengan pemberantasan kasus korupsi di daerah ini.
“Tetap mengupayakan pemberantasan kasus korupsi,” pungkasnya. (umran la umbu)
Harian Seputar Indonesia Sulawesi Selatan
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/350948/
Thursday, 16 September 2010
MAKASSAR (SINDO) – Dalam penanganan kasus korupsi di Sulselbar, Kejaksaan Tinggi (Kejati) Sulselbar diharapkan bersinergis dengan media.
Harapan ini disampaikan Kepala Biro Harian Seputar Indonesia (SINDO) Mukhramal Azis saat menerima kunjungan Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) Sulselbar Adjat Sudradjat di Jalan Haji Bau Makassar sore kemarin.
Sinergis tersebut mencakup keterbukaan pihak kejaksaan memberikan informasi seputar penegakan hukum,khususnya kasus korupsi di Sulselbar.
“Tentu kami berharap kejaksaan terbuka dan memberikan informasi seputar penanganan kasus korupsi,” katanya.
Terkait harapan tersebut, Kajati Adjat Sudradjat mengatakan sudah berupaya memperbaiki hubungan yang harmonis antara media, termasuk dengan LSM yang ada di Sulselbar.
“Kami sangat terbantu dengan temanteman media, termasuk LSM,” ujarnya.
Dalam silaturahmi tersebut, Adjat sekaligus mohon pamit karena tidak lama lagi akan meninggalkan kursi Kajati Sulselbar.Paling lambat pekan depan sudah menempati posisi baru di Kejaksaan Agung.
“Tidak lama lagi saya akan meninggalkan Makassar. Saya mengucapkan terima kasih atas kerja sama selama ini,” katanya.
Kajati Sulselbar yang akan menggantinya nanti juga tetap konsisten dengan pemberantasan kasus korupsi di daerah ini.
“Tetap mengupayakan pemberantasan kasus korupsi,” pungkasnya. (umran la umbu)
Langganan:
Postingan (Atom)